Profil Rachmat Pambudy, Ahli Pertanian ITB Ikut Dipanggil Prabowo, Jabat Menteri Kehutanan?
Rachmat Pambudy, ahli pertanian ITB ikut dipanggil Prabowo Subianto ke Kertanegara sebagai kandidat menteri. Apakah ia akan menjadi Menteri Kehutanan?
Penulis: Sri Juliati
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Pada tahun yang sama, ia juga menjadi pendiri dan komisaris beberapa perusahaan dan koperasi yang bergerak di bidang agribisnis.
Karena dedikasinya pada pertanian Indonesia, ia pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pengembangan Agribisnis pada 2000.
Kemudian, ia diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Hubungan Antar Lembaga hingga 2004.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pengawas PERUM BULOG dari tahun 2003 hingga 2007.
Selepas dari aktivitas di Kementerian Pertanian, Rachmat Pambudy bergulat dengan pengembangan organisasi petani, yaitu Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Di organisasi ini, ia sempat menjadi Sekretaris Jenderal dan Wakil Ketua Dewan Pembina HKTI.
Pada 2016, Rachmat Pambudy menjadi pendiri dan Dewan Pakar LSM Komite Pemantau dan Pengawasan Pertanian Indonesia (KP3I).
Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Komisaris Independen PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Tbk.
NSS adalah produsen minyak kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang mengoperasikan perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan Tengah.
Harta Kekayaan Rachmat Pambudy
Rachmat Pambudy pernah melaporkan harta kekayaannya ke KPK pada 22 Juli 2003 saat menjadi Staf Ahli Menteri Pertanian.
Tercatat pada saat itu, Rachmat Pambudy memiliki harta kekayaan mencapai Rp 9,8 miliar dan 216.874 dolar AS.
Aset yang dipunyainya adalah 19 bidang tanah dan bangunan di sejumlah daerah senilai Rp 3,3 miliar.
Selain itu, ia masih mempunyai 4 mobil senilai Rp 755 juta serta logam mulia dengan nilai Rp 181,5 juta.
Rachmat Pambudy masih mempunyai lahan peternakan (Rp 700 juta); harta bergerak lainnya (Rp 280,8 juta); surat berharga (Rp 5,4 miliar); serta giro dan dan setara kas (Rp 1,59 miliar dan 216.874 dolar AS).
Namun, Rachmat Pambudy juga memiliki utang sebesar Rp 3,6 miliar sehingga mengurangi nilai asetnya.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Nitis Hawaroh)