LBH Medan: Penyerangan Warga Sipil oleh Oknum TNI Langgar HAM, Komnas dan LPSK Harus Turun Tangan
Direktur LBH Medan, Irvan Saputra menyayangkan pengeroyokan yang dilakukan oknum sejumlah prajurit TNI AD dari Batalyon Artileri Medan (Armed)
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Sumatera Utara, menanggapi soal viralnya kasus pengeroyokan yang dilakukan oknum sejumlah prajurit TNI AD dari Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan.
Diketahui, oknum sejumlah prajurit TNI AD tersebut baru-baru ini melakukan penyerangan terhadap seorang warga sipil bernama Raden Barus alias RB (61).
Akibat penyerangan ini, warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Deliserdang itu tewas usai oknum prajurit TNI AD ini menyerang secara membabi buta.
Terkait hal itu, Direktur LBH Medan, Irvan Saputra menyayangkan tragedi berdarah itu.
Kasus pembantaian ini, lanjut Irvan, tidak hanya sekali.
Sebelumnya, kasus-kasus serupa juga pernah terjadi namun tak pernah ada yang mendapatkan perhatian.
Pihaknya pun mengecam tindakan kebrutalan para aparat TNI AD terhadap warga sipil.
Menurutnya, sebagai prajurit seharusnya mereka menjalankan tugasnya mengamankan dan mempertahankan kedaulatan rakyat Indonesia, bukan malah membantai warga sipil yang tak bersalah.
"Slogan TNI kuat bersama rakyat seketika sirna dengan adanya tindakan yang menghilangkan nyawa orang lain, dan bahkan banyak warga yang luka berat," kata Irvan dilansir Tribun-Medan.com, Selasa (12/11/2024).
Ia menilai, tindakan yang dilakukan oknum anggota TNI AD dari Batalyon Armed 2/105 itu telah pelanggaran HAM.
Baca juga: Sri Ulina: Ibu yang Terluka dalam Serangan Prajurit TNI di Deli Serdang
"Mereka telah melanggar HAM dalam hal Hak hidup dan Hak mendapatkan rasa aman sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang 1945."
"Tidak hanya itu, tindak para oknum anggota TNI AD tersebut juga bertentangan dengan Undang-undang nomor 39 tahun 1999, tentang HAM, Duham, ICCPR, Undang-undang TNI serta sumpah prajurit TNI," sambung Irvan.
Pihaknya pun meminta agar Panglima Kodam I Bukit Barisan bertanggungjawab serta mengungkap tuntas dan menindak tegas para anak buahnya yang terlibat.
Ia juga menekankan, agar Panglima Kodam I Bukit Barisan bisa memastikan hal ini tidak terjadi kembali.
"Apabila hal ini tidak dilakukan, maka jangan salahkan masyarakat untuk tidak percaya kepada TNI," tegas Irvan.
Lebih lanjut, Irvan juga mendesak Komnas HAM dan LPSK untuk turun melakukan penyelidikan dan memberikan perlindungan kepada para korban dan keluarganya.
Termasuk para saksi dalam peristiwa-peristiwa ini.
Kesaksian Warga
Kepala Dusun III Desa Selamat Kabupaten Deli Serdang, Binawati, buka suara terkait dengan insiden penyerangan ini.
Peristiwa meresahkan ini terjadi pada Jumat (9/11/2024) malam.
Binawati mengungkapkan sekitar ada 33 prajurit Armed memang melakukan penyerangan terhadap warga Desa Selamat.
Menurut Binawati, malam itu sekira pukul 21.30 WIB, suasana kampungnya sangat mencekam.
Ia mendapati informasi dari warga ada penyerangan terhadap warganya.
“Mereka tidak pandang bulu, setiap ada laki-laki dihajar."
"Makanya warga dari desa lain yang hanya kebetulan lewat aja pulang kerja juga kena,” kata Binawanti saat diwawancarai di Desa Selamat, Senin (11/11/2024).
Ia menyampaikan, para prajurit itu mencari seorang kawannya yang hilang yang konon disembunyikan warga.
Ada beberapa rumah warga yang didobrak namun para prajurit tak menemukan orang yang dicari.
Setelah para prajurit Armed pergi dari kampung, ia mendapati kabar RB sudah tergeletak tak berdaya di pinggir jalan.
Saat itu, kondisi Raden sangat memprihatinkan.
“Ada keluar darah dari telinga sebelah kanan. Kepala di bagian kirinya lembek. Mata di kirinya dicolok sesuatu, sama dengan dagunya. Luka sayat di punggung kanan dan bahu kirinya memar,” kata Binawanti.
Binawanti mendapat kabar dari warga, RB mulanya keluar dari rumah karena khawatir cucunya terlibat bentrok.
Nahasnya, Raden justru dianiaya.
“Jadi bapak (Raden) ini punya cucu di dusun IV. Nah, dia sangka cucunya yang terlibat entah apa gitu, tentang geng motor tadi. Belum sampai ke tempat cucunya, orang itu (prajurit Armed) tadi, udah membabi buta (memukuli) bapak itu,” ungkap Binawati.
RB sempat dilarikan ke klinik terdekat, namun nyawanya sudah tak tertolong.
Pada situasi yang sama, seorang emak-emak warga setempat bernama Sri Ulina Perangin-angin (35) memberikan kesaksian soal penyerangan itu.
Dijelaskan Sri, dirinya sempat mendapatkan serangan oleh sekelompok orang itu.
Sekitar pukul 22.30 WIB, setelah membeli jamu di pasar, ia mengendarai sepeda motor menuju rumahnya di Dusun III Desa Selamat.
Di tengah perjalanan, ia sempat melihat sekelompok orang yang menggunakan sepeda motor dengan suara knalpot bising.
Awalnya, Sri mengira mereka adalah geng motor.
Namun, ia kemudian mengetahui bahwa mereka adalah prajurit Armed.
Saat melewati gerombolan prajurit itu, Sri mengaku mendapatkan penganiayaan.
Motor yang ia tunggangi didepak oleh kawanan prajurit itu hingga masuk ke parit.
“Terus pas aku mau parkirkan motor di pinggir jalan, datanglah tentara itu. Ditunjanglah motorku. Aku dan motorku masuklah ke parit. Inilah terluka tangan, paha, dan perutku,” ungkap Sri saat diwawancarai pada Selasa (12/11/2024).
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Banyak Kasusnya Mandek, Prajurit TNI Berulah Lagi Bantai Warga Sipil,LBH Medan Kecam Tindakan Aparat dan mak-emak Naik Motor Ditendang sampai Jatuh ke Parit, Beringasnya Prajurit TNI Armed Serang Warga
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Erik S)(Tribun-Medan.com/Alfiansyah)