Minat Indonesia Gabung BRICS Jadi Langkah Strategis Pertama Politik Luar Negeri Prabowo
Dino menyebut Prabowo sudah memikirkan keputusan ini sejak lama, jauh sebelum dilantik sebagai presiden 2024-2029
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai penyampaian minat Indonesia bergabung dalam BRICS, kelompok kerja sama antar pemerintah yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, jadi langkah strategis politik luar negeri pertama dari Presiden Prabowo Subianto.
Dino menyebut Prabowo sudah memikirkan keputusan ini sejak lama, jauh sebelum dilantik sebagai presiden 2024-2029.
Hal ini lanjut Dino, juga tercermin dari Prabowo yang langsung menugasi Menteri Luar Negeri RI Sugiono, dua hari setelah inaugurasi kabinet Merah Putih, untuk hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia pada 23-24 Oktober 2024 lalu.
“Itu artinya apa, sudah lama nih dipikirkan oleh Pak Prabowo, Indonesia akan masuk BRICS. So its strategic move dan juga interesting bahwa langkah pertama politik luar negeri Presiden Prabowo adalah untuk masuk BRICS,” kata Dino dalam konferensi pers di Sekretariat FPCI, Mayapada Tower, Jakarta Selatan, Selasa (26/11/2024).
Namun ia tak memungkiri ada banyak pihak yang berpikir langkah Indonesia mengajukan diri bergabung dengan BRICS sebagai langkah buru-buru. Tapi Dino melihat hal ini sebagai menambah pijakan Indonesia berbicara banyak di kancah internasional.
Baca juga: Media Rusia Kabarkan Indonesia Telah Mendapatkan Undangan Bergabung BRICS
Sebab BRICS berbeda dengan OECD atau Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, APEC atau Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, Presidensi G7 maupun G20.
Kendati begitu, bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS tidak serta merta membawa keuntungan langsung. Sebab jika RI mengharapkan pendanaan dari BRICS, diharuskan ada persetujuan dari anggota orisinil BRICS, di sisi lain BRICS hanya mendapat pendanaan sangat kecil dari Bank Pembangunan Dunia.
Kemudian jika Indonesia mengharapkan adanya common currency atau mata uang umum, hal itu tidak akan terjadi dalam waktu 5-10 tahun ke depan.
“Intinya apa? (Indonesia) masuk, pijakan - pijakan kita bertambah, tapi kita juga harus tahu ini harapannya juga terbatas sesuai dengan yang ditawarkan mereka (BRICS),” kata Dino.
Minat Indonesia Gabung BRICS
Sebagai informasi, Indonesia menyampaikan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota BRICS, organisasi antarpemerintah yang menampung negara-negara ambang industri ekonomi pasar berkembang dunia. BRICS merupakan akronim dari negara pendirinya, yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Pada 1 Januari 2024, BRICS memperluas keanggotaan mereka dengan bergabungnya Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Adapun keinginan Indonesia masuk ke dalam BRICS disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono, yang bertindak sebagai utusan khusus Presiden Prabowo Subianto. Sugiono menyampaikan keinginan itu dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024).
Dalam kesempatan itu Sugiono mengemukakan pesan Prabowo tentang anti penjajahan dan anti penindasan. Katanya, Indonesia tidak bisa hanya berdiam diri ketika kekerasan kemanusiaan terus berlangsung tanpa pertanggungjawaban.
Misalnya pada konflik di Gaza, Palestina di mana terjadi pelanggaran hukum internasional dan gencatan senjata tidak kunjung dilakukan.
“Indonesia tidak dapat berdiam diri saat kekejaman ini terus berlanjut tanpa ada yang bertanggung jawab,” kata Sugiono dalam keterangan resminya, Jumat (25/10/2024).
Sugiono menegaskan, bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah bentuk manifestasi dari posisi atau sikap politik luar negeri bebas aktif yang selama ini dianut.
Keinginan bergabungnya Indonesia ini kata Sugiono, bukan berarti Indonesia akan ikut kubu tertentu. Tapi Indonesia akan berpartisipasi aktif dalam semua forum atau isu yang dibahas.
“Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” ungkapnya.
Alasan Indonesia mau bergabung dengan BRICS, lantaran pemerintahan baru era Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta kabinet Merah Putih yang dibentuk, selaras dengan program kerja terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan maupun pemajuan sumber daya manusia.
Indonesia juga ingin berperan penting sebagai pembangun jembatan antara negara berkembang dan negara maju. RI akan mengangkat kepentingan negara-negara berkembang atau Global South, sekaligus terus melanjutkan diskusi dengan negara maju.
Contoh konkret Indonesia juga akan dicerminkan lewat keikutsertaan Presiden Prabowo pada KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil dan kehadiran pada pertemuan Tingkat Menlu kelompok negara maju G7 di Italia.