Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Kepemimpinan Menjadi Bekal Penting bagi Mahasiswa Masuk Dunia Kerja?

Kepemimpinan menjadi hal yang perlu dimiliki setiap mahasiswa untuk menyongsong masa depan.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Mengapa Kepemimpinan Menjadi Bekal Penting bagi Mahasiswa Masuk Dunia Kerja?
Freepik.com/rawpixel.com
Ilustrasi kepemimpinan. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepemimpinan atau leadership menjadi hal yang perlu dimiliki setiap mahasiswa sebagai bekal menyongsong masa depan.

Sejumlah soft skills di dalam kepemimpinan seperti komunikasi, empati, hingga kemampuan kolaborasi dinilai tidak bisa secara optimal diperoleh melalui pembelajaran di kelas.

Kompetensi kepemimpinan bisa didapatkan melalui kegiatan di luar kelas, seperti aktif dalam organisasi, mengikuti pelatihan, hingga proyek kolaborasi.

Hal itu diungkapkan Kaharuddin, Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) 2022.

Menurut Kahar, sapaan akrabnya, di tengah tantangan keterbatasan waktu, tekanan akademis, dan minimnya pengalaman, mahasiswa perlu membekali diri dengan soft skills dan kemampuan kepemimpinan. 

Agen Perubahan Positif

Kaharuddin menekankan bahwa mahasiswa memiliki peran strategis sebagai agen perubahan, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.

Ia menyarankan, agar mahasiswa memaksimalkan kesempatan mengenyam pendidikan tinggi dengan turut berorganisasi maupun mengikuti kegiatan di luar kelas yang bermanfaat.

Berita Rekomendasi

“Organisasi kampus menyediakan banyak pilihan, mulai dari himpunan mahasiswa tingkat jurusan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas hingga tingkat universitas. Mahasiswa dapat memilih wadah yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan mereka,” ungkap Kahar dalam siniar Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024).

Koordinator BEM SI 2022, Kaharuddin dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024).
Koordinator BEM SI 2022, Kaharuddin dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). (Tribunnews)

Alumni Universitas Negeri Riau (Unri) itu, juga membagikan pengalamannya saat menjadi Koordinator BEM SI.

"Dalam BEM Seluruh Indonesia, misalnya, anggota ditantang untuk berkomunikasi lintas budaya, menyelesaikan masalah bersama, dan berkoordinasi dengan berbagai elemen dari daerah hingga tingkat nasional," ungkapnya.

Menurut Kahar, karakter kepemimpinan mahasiswa harus mencakup visi jangka panjang, keberanian mengambil risiko, dan kemampuan menggerakkan orang lain untuk bertindak.

“Empati dan kepekaan terhadap sekitar menjadi dasar kepemimpinan. Anak muda harus berani berinovasi, berkreasi, dan mengambil risiko."

"Kita harus mampu melihat potensi jangka panjang dan menjadi inspirasi bagi orang lain,” tambahnya.

Bekal Karier

Lebih lanjut, Kahar mengatakan, bekal soft skills dan kepemimpinan akan sangat bermanfaat untuk kehidupan setelah lulus dari Perguruan Tinggi.

Menurutnya, kemampuan komunikasi yang baik, kolaborasi lintas budaya, dan empati menjadi bekal penting untuk berkarier.

Kaharuddin percaya bahwa soft skills dan kepemimpinan dapat mendukung mahasiswa tidak hanya dalam dunia profesional, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.

“Mahasiswa berdaya adalah mereka yang berdampak positif di lingkungannya."

"Soft skills dan kepemimpinan adalah dua hal yang saling melengkapi untuk menciptakan perubahan yang lebih baik,” tutupnya.

9 Kompetensi yang Perlu Dimiliki Mahasiswa

Dalam kesempatan yang sama, Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto, mengungkapkan setidaknya ada sembilan karakteristik kompetensi yang meski dimiliki seorang mahasiswa.

Dua dari sembilan kompetensi tersebut, yaitu self-awareness (mawas diri) dan care for others (peduli terhadap sesama).

Michael Susanto mengatakan, kompetensi self-awareness adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswi betul-betul mengerti siapa dirinya, di mana kelemahan dan kekuatannya, dan mempunyai kebiasaan untuk merefleksi diri.

"Jadi dia tidak cepat mengambil keputusan atau tidak cepat berasumsi, tapi dia punya kebiasaan untuk merefleksi, keadaannya seperti apa ya, seharusnya apa ya, baru dia mengambil keputusan yang tepat."

"Jadi dia enggak buru-buru gitu ya, baik itu dalam pekerjaan, dalam belajar, maupun dalam keuangan misalnya," tuturnya.

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024).
Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). (Tribunnews)

Sementara kompetensi care for others adalah bagaimana mahasiswa memiliki kepedulian terhadap orang lain.

"Jadi bagaimana dia bisa menemukan bahwa dia pun bisa berkontribusi di masyarakat, dia pun bisa menunjukkan kepedulian, bahwa dia bisa menjadi bagian dari sesuatu," ungkap Michael.

Sembilan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa:

1. Self Awareness (Mawas Diri)

Memahami kekuatan dan keterbatasannya; mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan sehari-hari seusai nilai-nilai yang dijadikan panduan hidup.

2. Driven (Gigih)

Menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis.

3. Integrity (Integritas)

Memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen.

4. Continuous Learning (Pembelajar sepanjang hayat)

Memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan profesional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan dan memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

5. Grit (Teguh dan Tekun)

Memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen.

6. Care for Others (Peduli sesama)

Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain. 

7. Empower Others (Memberdayakan orang lain)

Menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.

8. Innovative (Inovatif)

Memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.

9. Entrepreneurial Spirit (Semangat wirausaha)

Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.

Michael mengungkapkan, dengan sembilan karakteristik tersebut, mahasiswa bisa memiliki kompetensi sebagai bekal masa depan.

Sehingga, mereka memiliki daya saing di masa depan meski berlatar belakang berbeda.

"Riset yang kami lakukan, menemukan bahwa teman-teman mahasiswa-mahasiswi dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung tadi, dengan pelatihan kepemimpinan, pembangunan karakter dan soft skills, mereka bisa mengejar kompetensi sehingga pada waktu mereka lulus mereka mengejar kompetensi teman-teman dia yang mungkin pada awalnya datang dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih beruntung," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto, Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas