Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan
Soft skills, yang seringkali dianggap sepele, ternyata menjadi pembeda utama dalam era ketatnya persaingan masuk dunia kerja.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati
"Kenapa itu penting? Karena negara maju itu dari SDM yang unggul dan SDM unggul itu menurut banyak penelitian berdampak pada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi sebuah negara," ungkap dr Gamal.
Pentingnya Kepemimpinan dan Pengalaman Berorganisasi
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) 2022, Kaharuddin menilai kepemimpinan atau leadership menjadi hal yang perlu dimiliki setiap mahasiswa sebagai bekal menyongsong masa depan.
Sejumlah soft skills di dalam kepemimpinan seperti komunikasi, empati, hingga kemampuan kolaborasi dinilai tidak bisa secara optimal diperoleh melalui pembelajaran di kelas saja.
Kompetensi kepemimpinan bisa didapatkan melalui kegiatan di luar kelas, seperti aktif dalam organisasi, mengikuti pelatihan, hingga proyek kolaborasi.
Menurut Kahar, sapaan akrabnya, di tengah tantangan keterbatasan waktu, tekanan akademis, dan minimnya pengalaman, mahasiswa perlu membekali diri dengan soft skills dan kemampuan kepemimpinan.
Kaharuddin menekankan bahwa mahasiswa memiliki peran strategis sebagai agen perubahan, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.
Ia menyarankan, agar mahasiswa memaksimalkan kesempatan mengenyam pendidikan tinggi dengan turut berorganisasi maupun mengikuti kegiatan di luar kelas yang bermanfaat.
“Organisasi kampus menyediakan banyak pilihan, mulai dari himpunan mahasiswa tingkat jurusan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas hingga tingkat universitas. Mahasiswa dapat memilih wadah yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan mereka,” ungkap Kahar.
Menurut Kahar, karakter kepemimpinan mahasiswa harus mencakup visi jangka panjang, keberanian mengambil risiko, dan kemampuan menggerakkan orang lain untuk bertindak.
“Empati dan kepekaan terhadap sekitar menjadi dasar kepemimpinan. Anak muda harus berani berinovasi, berkreasi, dan mengambil risiko."
"Kita harus mampu melihat potensi jangka panjang dan menjadi inspirasi bagi orang lain,” tambahnya.
Masih Ada Daya Juang
Sementara itu Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema, memberikan tanggapan terkait Generasi Z (1997-2012) yang dinilai lembek dan sulit mendapatkan pekerjaan.
Seperti survei ResumeBuilder tahun 2023 menemukan bahwa 49 persen pemimpin dan manajer bisnis menganggap Gen Z sulit diajak bekerja sama. Mayoritas juga setuju Gen Z kurang memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, motivasi, usaha, dan bahkan keterampilan teknologi dalam beberapa kasus.
Doni menilai, hasil riset tidak bisa digeneralisasi. Generasi muda masih memiliki semangat juang asal bisa arahkan dengan baik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.