Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan

Soft skills, yang seringkali dianggap sepele, ternyata menjadi pembeda utama dalam era ketatnya persaingan masuk dunia kerja.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati

"Lalu kami bertanya waktu itu apa edukasi yang dapat dilakukan di pendidikan tinggi sehingga mendorong kesuksesan lulusan perguruan tinggi. Kami melakukan studi kurang lebih satu setengah tahun, kami berinteraksi dengan HRD, dengan perusahaan," imbuhnya.

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024).
Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto dalam program talkshow Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). (Tribunnews)

Tanoto Foundation juga berdiskusi dengan pemimpin-pemimpin perusahaan, mengumpulkan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan lulusan  pendidikan tinggi untuk bisa direkrut perusahaan.

Termasuk berdiskusi dengan banyak peneliti pendidikan tinggi.

"Akhirnya kami menyimpulkan bahwa jika di pendidikan tinggi seringkali kita hanya belajar technical skill atau hard skill ternyata soft skills-lah yang diperlukan," lanjut Michael.

Di mana keahlian-keahlian seperti berkomunikasi, memimpin orang lain, hingga bagaimana seorang anak muda menjadi bagian dari tim dan berkolaborasi, hal itu yang dianggap menjadi kebutuhan esensial.

Dari situlah akhirnya Tanoto Foundation mengembangkan program beasiswa kepemimpinan, tidak hanya beasiswa saja, namun mahasiswa diberikan akses untuk berlatih kepemimpinan yang berfokus pada soft skills.

"Kami meluncurkan pada tahun 2019 program bersama bernama transformasi edukasi untuk melahirkan pemimpin masa depan (TELADAN)," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Lewat program TELADAN, Tanoto merekrut mahasiswa-mahasiswi tingkat S1 di perguruan tinggi mitra mereka.

Para mahasiswa ini akan mendaftar sejak semester 1, apabila mereka diterima mereka akan mengikuti program nantinya di semester 2 hingga semester 8.

Dikatakan Michael, setiap tahun ada 8.000 hingga 9.000 mahasiswa yang mendaftar program beasiswa TELADAN, di mana akan diterima sekitar 250 mahasiswa dari berbagai latar sosial ekonomi.

"Dan pada akhirnya fokus utamanya yakni mendorong menciptakan lulusan perguruan tinggi unggul siap menghadapi dinamika dunia kerja, serta mencetak generasi muda yang bertanggung jawab dan menjadi pemimpin masa depan Indonesia," tutupnya.

9 Karakteristik yang Perlu Dikembangkan

Lebih lanjut, Michael Susanto mengungkapkan setidaknya ada sembilan karakteristik kompetensi yang meski dimiliki seorang mahasiswa dan menjadi fokus pelatihan Tanoto Foundation.

Dua di antaranya ialah self-awareness (mawas diri) dan care for others (peduli terhadap sesama).

Kompetensi self-awareness adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswi betul-betul mengerti siapa dirinya, di mana kelemahan dan kekuatannya, dan mempunyai kebiasaan untuk merefleksi diri.

"Jadi dia tidak cepat mengambil keputusan atau tidak cepat berasumsi, tapi dia punya kebiasaan untuk merefleksi, keadaannya seperti apa ya, seharusnya apa ya, baru dia mengambil keputusan yang tepat."

"Jadi dia enggak buru-buru gitu ya, baik itu dalam pekerjaan, dalam belajar, maupun dalam keuangan misalnya," tuturnya.

Sementara kompetensi care for others adalah bagaimana mahasiswa memiliki kepedulian terhadap orang lain.

"Jadi bagaimana dia bisa menemukan bahwa dia pun bisa berkontribusi di masyarakat, dia pun bisa menunjukkan kepedulian, bahwa dia bisa menjadi bagian dari sesuatu," ungkap Michael.

Berikut sembilan karakteristik kompetensi yang meski dimiliki mahasiswa:

1. Self Awareness (Mawas Diri)

Memahami kekuatan dan keterbatasannya; mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan sehari-hari sesuai nilai-nilai yang dijadikan panduan hidup.

2. Driven (Gigih)

Menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis.

3. Integrity (Integritas)

Memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen.

4. Continuous Learning (Pembelajar sepanjang hayat)

Memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan profesional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan dan memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

5. Grit (Teguh dan Tekun)

Memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen.

6. Care for Others (Peduli sesama)

Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain. 

7. Empower Others (Memberdayakan orang lain)

Menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.

8. Innovative (Inovatif)

Memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.

9. Entrepreneurial Spirit (Semangat wirausaha)

Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.

Michael mengungkapkan, dengan sembilan karakteristik tersebut, mahasiswa bisa memiliki kompetensi sebagai bekal masa depan.

Sehingga, mereka memiliki daya saing di masa depan meski berlatar belakang berbeda.

"Riset yang kami lakukan, menemukan bahwa teman-teman mahasiswa-mahasiswi dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung tadi, dengan pelatihan kepemimpinan, pembangunan karakter dan soft skills, mereka bisa mengejar kompetensi sehingga pada waktu mereka lulus mereka mengejar kompetensi teman-teman dia yang mungkin pada awalnya datang dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih beruntung," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas