Tentara Pelajar Diusulkan jadi Pahlawan Nasional, Ahli Sejarah Ingatkan Pentingnya Aspek Politik
Ia mencontohkan kontroversi pengusulan Soeharto dan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional pada 2010 yang memicu perdebatan publik.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan ahli sejarah, Asvi Warman Adam menyoroti pentingnya aspek politik dalam menentukan sosok yang akan diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Ia menegaskan ihwal aspek politik sering kali berperan setelah syarat-syarat teknis dipenuhi.
“Kalau soal alasan mereka dipilih sebagai Pahlawan Nasional itu sudah memenuhi syarat. Tapi kan begitu banyak orang yang memenuhi syarat. Siapa yang diprioritaskan,” ujar Asvi saat diwawancarai usai jadi narasumber dalam diskusi di Gedung Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD), Matraman, Jakarta, Sabtu (14/12/2024).
”Nah, itu baru, aspek politiknya itu baru muncul. Aspek politiknya setelah aspek tadi, persyaratan umum teknis itu dipenuhi, aspek politiknya setelah itu. Itu bermain juga,” sambungya.
Ia mencontohkan kontroversi pengusulan Soeharto dan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional pada 2010 yang memicu perdebatan publik.
“Suharto itu ada pro dan kontra pada saat itu. Dan Gus Dur, ketika mau diterima, itu ada masalah, kok Gus Dur diterima? Misalnya Suharto kok tidak? Nah, akhirnya Gus Dur dan Suharto dua-duanya tidak,” jelas Asvi.
Baca juga: Pemerintah Umumkan Kenaikan PPN 12 Persen Kebijakan Baru Ekonomi Senin Depan
Untuk menyeimbangkan tuntutan, lanjutnya, muncul pola pengangkatan kiai-kiai Nahdalatul Ulama (NU) sebagai Pahlawan Nasional.
“Mulailah kiai-kiai yang lain. Kiai Haji Idham Chalid, yang lain-lain dan itu berketerusan. Kemudian dengan NU semakin dekat dengan penguasa, ya mulai banyak kiai,” jelasnya,
“Jadi ada kecenderungan, saya katakan tadi, dalam periode kedua Pak Jokowi, setiap tahun itu ada dua orang kiai. Dalam periode pertama, satu orang. Jadi ada peningkatan,” sambungnya.
Menurut Asvi, pola ini kemungkinan akan berubah dengan pergantian presiden.
“Ya mungkin polanya akan bergeser,” tuturnya.
Usulan Herman Yoseph Fernandez sebagai Pahlawan Nasional
Asvi menjadi narasumber dalam diskusi di PPAD yang membahas pengusulan Herman Yoseph Fernandez, pejuang asal Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai Pahlawan Nasional.
Herman Yoseph Fernandez dikenal sebagai anggota Tentara Pelajar yang terlibat dalam Palagan Sidobunder di Kebumen, Jawa Tengah, pada 31 Desember 1948.