Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cara Andi Ibrahim Selundupkan Mesin Cetak Uang Palsu ke Kampus: Pakai Forklift, Dilakukan Malam Hari

Andi Ibrahim menyelundupkan mesin pencetak uang palsu dengan menggunakan forklift dan diangkat ke gedung perpustakaan kampus. Hal itu dilakukan malam.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Cara Andi Ibrahim Selundupkan Mesin Cetak Uang Palsu ke Kampus: Pakai Forklift, Dilakukan Malam Hari
Tangkapan layar dari YouTube Kompas TV
Kapolda Sulsel, Irjen Yudhiawan Wibisono dengan jajaran saat konferensi pers terkait kasus peredaran uang palsu dari UIN Alauddin Makassar di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024). Andi Ibrahim menyelundupkan mesin pencetak uang palsu dengan menggunakan forklift dan diangkat ke gedung perpustakaan kampus. Hal itu dilakukan malam. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Andi Ibrahim telah ditangkap dan ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus peredaran uang palsu.

Adapun dirinya turut berperan dalam menyediakan tempat untuk meletakkan mesin cetak uang palsu yang dibeli dari China.

Hal ini disampaikan oleh Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak dalam konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).

Reonald menuturkan mulanya pembuatan uang palsu ini dilakukan dalam skala kecil dan menggunakan mesin cetak yang juga lebih kecil.

Kegiatan tersebut, sambungnya, dilakukan di rumah salah satu tersangka berinisial AS di Makassar.

Namun, Reonald menuturkan sindikat ini lalu membeli mesin cetak yang lebih besar karena dirasa perlu untuk mencetak uang palsu lebih banyak.

Adapun harga mesin cetak tersebut mencapai Rp 600 juta.

Berita Rekomendasi

"Awal pertama kan pembuatan uang palsu ini kan di salah satu rumah atas nama AS, itu di Jalan Sunuk Makassar," katanya.

"Karena sudah mulai membutuhkan jumlah (uang palsu) yang lebih besar, maka mereka memesan alat (mesin cetak) yang lebih besar yaitu alat cetak offset senilai Rp 600 juta di Surabaya tetapi alat itu dipesan dari China," sambung Reonald.

Baca juga: Dosen Unhas & UIN di Makassar Terjerat Skandal Besar, Kasus Pelecehan Seksual dan Uang Palsu

Setelah itu, Andi Ibrahim berperan untuk menyediakan tempat meletakkan mesin cetak uang palsu tersebut.

Lantas, dia pun menggunakan Gedung Perpustakaan UIN Aliuddin Makassar di Kabupaten Gowa untuk meletakkan mesin tersebut.

Reonald menuturkan Andi Ibrahim meletakkan mesin itu menggunakan forklift pada malam hari.

"Alat itu dimasukkan oleh salah satu tersangka berinisial AI di salah satu kampus di Gowa yaitu menggunakan gedung perpustakaan tanpa sepengetahuan pihak kampus di malam hari."

"Dan itu kami coba rekonstruksikan dengan 25 personel Polri mengangkat alat itu tidak mampu. Jadi, pakai forklift, alat itu masuknya," jelasnya.

Reonald menuturkan mesin cetak uang palsu itu mulai digunakan di Gedung Perpustakaan UIN Makassar pada awal September 2024.

98 Barbuk Diamankan, Ada Uang Korea-Vietnam hingga SBN

Pada kesempatan yang sama, Kapolda Sulsel, Irjen Yudhiawan Wibisono mengungkapkan pihaknya turut menyita 98 barang bukti terkait kasus ini.

Adapun diantaranya adalah ratusan lembar mata uang Korea Selatan (KRW) dan mata uang Vietnam (VND).

"Ada mata uang Korea 1 lembar sebesar 5.000 won, ada mata uang Vietnam sebanyak 111 lembar sebanyak 500 Dong," katanya.

Selain itu, tim penyidik juga menyita mata uang rupiah dengan tahun emisi yang berbeda-beda.

Tak cuma itu, mesin pencetak uang palsu seharga Rp 600 juta juga turut diamankan.

Yudhiawan juga mengungkapkan pihaknya turut menyita fotokopi surat berharga negara (SBN) dan sertifikat deposit Bank Indonesia (BI) dengan nilai triliunan rupiah.

"Ada satu lembar kertas fotokopi sertifikat of deposit BI nilainya Rp 45 triliun. Juga ada kertas surat berharga negara senilai Rp 700 triliun," jelasnya.

17 Tersangka Ditetapkan, Termasuk Andi Ibrahim

Dalam kasus ini, jumlah tersangka telah mencapai 17 orang. Namun, Yudhiawan menturukan adanya kemungkinan jumlah tersangka bakal bertambah.

"Setelah kita lakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, ada enam saksi. Tersangka kita tangkap ada 17 orang. Ini masih bisa bertambah," jelasnya.

Andi Ibrahim dkk pun dijerat dengan Pasal 36 ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan Pasal 37 ayat 1 dan 2 UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.

"Ancaman pidana paling lama 10 tahun (penjara) hingga seumur hidup," pungkas Yudhiawan.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

 

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas