Bukan AS Atau UE, Glassnode Sebut Asia Jadi Pemicu Meningkatnya Tekanan Jual Pada Kripto
Perusahaan analitik Blockchain asal AS, Glassnode menyebut bahwa pasar Asia sejauh ini terus menunjukkan penurunan minat beli pada kripto
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perusahaan analitik Blockchain asal AS, Glassnode menyebut bahwa pasar Asia sejauh ini terus menunjukkan penurunan minat beli pada pasar cryptocurrency.
Penurunan tersebut diperkirakan mulai memuncak sejak tahun 2021 kemarin, tepatnya pada kuartal pertama hingga kuartal ketiga.
Melansir data dari Cointelegraph, volume perdagangan tahun 2021 di kuartal keempat sebenarnya telah mengalami pemulihan harga, namun sayangnya pasar Asia belum siap untuk membeli Bitcoin dan mata uang digital lainnya.
Baca juga: Bareskrim Gandeng PPATK Cek Dugaan Indra Kenz Sembunyikan Aset Rp 78 M dalam Bentuk Kripto
Sebaliknya, pasar Asia justru telah mendominasi penjualan Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir. Adanya lonjakan penjualan tanpa dibarengi aktivitas pembelian yang seimbang, lantas membuat terjadinya bear market atau melemahnya pasar hingga memicu terjadinya tekanan jual pada cryptocurrency.
Berbeda dari Asia, pasar cryptocurrency yang berasal Uni Eropa dan Amerika Serikat belakangan ini justru tengah mengalami kecenderungan untuk mendominasi tekanan beli.
Baca juga: Sebelum Menjual NFT, Ketahui 5 Jenis Mata Uang Kripto Ini Lebih Dulu
Hal ini sejalan dengan laporan Checkmate dari Glassnode yang menunjukkan pada Juli dan Agustus tahun lalu, dimana investor Amerika Serikat dan UE memimpin pembelian kripto jenis Bitcoin.
Bahkan investor AS dan UE telah menawarkan dukungan penawaran umum selama dua tahun terakhir dengan melakukan pembelian aset kripto secara besar-besaran antara akhir 2020 dan awal 2021,
“Permintaan sisi beli saat ini tampaknya didominasi oleh pasar AS dan UE, dengan mayoritas sumber sisi jual selama jam perdagangan Asia,” jelas Glassnode.
Baca juga: Perusahaan AS Ubah Limbah Batubara Jadi Sumber Daya Penambangan Kripto
Meski UE, dan AS terus mengalami lonjakan pembelian kripto, namun Glassnode melihat jika nantinya Asia terus menunjukkan adanya penurunan maka pasar cryptocurrency akan mengalami ketidakstabilan hingga memicu terjadinya bear market yang berkepanjangan.
Update Harga Kripto Hari Ini, Bitcoin hingga Ethereum Menguat
Pasar aset kripto tampak cerah pada Rabu (23/3/2022), setelah sebelumnya pergerakan cenderung mixed.
Melansir Coinmarketcap, 9 dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar bergerak di zona hijau dalam 24 jam terakhir.
Nilai kripto paling bersinar pagi ini, Cardano (ADA) melesat 8,3 persen di level 0,9 dollar AS. Dilanjutkan oleh Polkadot (DOT) di posisi 20,06 dollar AS atau menguat 6,6 persen. Solana (SOL) juga naik 3,2 persen di posisi 91,9 dollar AS.
Bitcoin (BTC) juga menguat 3,2 persen di posisi 42.611 dollar AS. Dilanjutkan oleh Ethereum (ETH) yang berada di level 3.004 dollar AS atau menguat 3,01 persen. Dogecoin (DOGE) juga menguat di posisi 0,12 dollar AS atau naik 2,7 persen.
Sementara itu, Binance Exchange (BNB) menguat 2,16 persen di level 406,2 dollar AS, sementara Terra (LUNA) di level 93,4 dollar AS atau turun 2,13 persen.
Pagi ini Tether (USDT) naik 0,001 persen di posisi 1 dollar AS, demikian juga dengan USD Coin (USDC) yang berada di level 0,9 dollar AS atau menguat 0,003 persen. Sebagai informasi USDT dan USDC merupakan mata uang kripto golongan stable coin atau jenis mata uang kripto yang dibuat untuk menawarkan harga yang stabil terhadap dollar AS.
Mengutip CNBC, pengembang Ethereum Vitalik Buterin sempat mengungkapkan kekhawatirannya akan bahaya potensi distopian jika penggunaan kripto dilakukan dengan salah. Seperti misalnya, isu lingkungan, pengemplan pajak, pencucian uang, hingga penipuan.
Buterin mencontohkan, salah satu contoh tren ini adalah ledakan nilai NFT, atau token yang tidak dapat dipertukarkan, seperti Bored Ape Yacht Club.
“Bahayanya adalah jika Anda memiliki token senilai 3 juta dollar AS, maka ini bisa menjadi jenis perjudian yang berbeda-beda,” kata Buterin.
Akhir-akhir ini, Buterin telah melakukan upaya bersama untuk berbicara dan mencoba memastikan bahwa Ethereum masih digunakan untuk proyek-proyek mulai dari sistem pemungutan suara hingga perencanaan pembangunan kota.
“Satu-satunya hal yang dibangun adalah hal-hal yang langsung menguntungkan. Jika tidak bersuara, seringkali hal itu jauh dari apa yang sebenarnya terbaik untuk dunia,” tambah dia.
Ini bukan pertama kalinya Buterin mengungkapkan kekhawatiran tentang aset kripto. Pada tahun 2018, Buterin memperingatkan investor tentang volatilitas ruang, dan memberi tahu orang-orang bahwa "aset tradisional" masih menjadi tempat yang lebih baik untuk menyimpan uang.
“Perlu diingat, aset kripto masih merupakan kelas aset baru dan hiper-volatil, dan bisa turun mendekati nol kapan saja. Jadi jangan memasukkan terlalu banyak uang, jika tidak bisa menanggung kerugiannya,” kata dia.