Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berkat Transformasi Digital, Pameran Seni Kini Terintegrasi Teknologi Blockchain

Teknologi rantai blok (blockchain) dinilai memudahkan seniman maupun kolektor dan masyarakat umum.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Berkat Transformasi Digital, Pameran Seni Kini Terintegrasi Teknologi Blockchain
HO
CEO & Founder Artopologi Intan Wibisono. Digitalisasi membuat segala aktivitas menjadi lebih praktis, termasuk pameran seni yang dapat mendukung sertifikasi hingga jual beli karya seni fisik. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Digitalisasi membuat segala aktivitas menjadi lebih praktis, termasuk pameran seni yang dapat mendukung sertifikasi hingga jual beli karya seni fisik.

Platform Artopologi menjawab kemudahan tersebut melalui jaringan teknologi blockchain yang dapat menyimpan data karya seniman secara terintegritas.

CEO & Founder Artopologi Intan Wibisono mengatakan, platform Artopologi merupakan lokapasar karya seni fisik yang terintegrasi dengan blockchain.

Dia menerangkan, setiap karya seni fisik, seperti lukisan, patung, instalasi seni, yang dipamerkan dan diperjualbelikan di laman Artopologi disertai dengan sertifikat keaslian digital yang terdaftar di blockchain.

Baca juga: Jajaki Industri Blockchain, Maskapai Argentina Adopsi Teknologi NFT untuk Penjualan Tiket

"Karya seni fisik di Artopologi ditransaksikan atau yang ditampilkan, jadi transaksinya menggunakan rupiah atau tidak menggunakan cryptocurrency," jelas Intan di auditorium Museum Nasional Indonesia, Kamis (27/10/2022).

Menurutnya, setiap pengguna lokapasar Artopologi harus mempunyai crypto wallet.

Berita Rekomendasi

Dengan begitu jual beli sudah dilakukan, akan ada dua langkah yang akan dilakukan yakni karya fisik akan diantarkan ke manapun sesuai keinginan pembeli, sementara sertifikat keaslian digitalnya akan ditransfer melalui crypto wallet.

"Jadi proses transaksinya karya fisiknya akan diantarkan ke rumah, ke kantor, ke mana pun itu sedangkan sertifikat keaslian digitalnya akan ditransfer lewat crypto wallet," kata dia.

Kurator pameran seni rupa bertajuk Rekam Masa Sudjud Dartanto menuturkan pameran seni adalah upaya untuk menampilkan karya dan peristiwa seni yang terkurasi.

Pihaknya menilai teknologi rantai blok (blockchain) kini memudahkan seniman maupun kolektor dan masyarakat umum.

"Setiap karya seni dalam pameran terintegrasi ke dalam jaringan rantai blok yang dinyatakan oleh kode kriptografi sebagai sebuah pernyataan otentisitas atas setiap karya yang diinput," tutur Sudjud.

Rain Rosidi, kurator lainnya menjelaskan blockchain merupakan teknologi validasi data yang dilakukan dengan cara desentralistik oleh validator yang tersebar, yang membuat suatu data tidak dapat diubah.

Menurutnya, suatu blok data itu diamankan dan diikat satu dengan yang lainnya menggunakan prinsip kerja keamanan kriptografi.

"Suatu data dapat dengan mudah untuk dilacak riwayat asal-usulnya, dapat dibuktikan oleh stempel waktu yang dinyatakan oleh sistem kriptografi," kata Rain.

Teknologi blockchain memiliki keunggulan, yaitu sifatnya yang lebih transparan, aman, otomatis, dan terdesentralisasi.

Dengan keunggulan itu, teknologi blockchain dapat menghasilkan sistem relasi atau interaksi baru, terutama yang berkaitan dengan distribusi aset termasuk koin kripto dan aset lain yang biasa disebut Non-Fungible Token (NFT).

Pameran Rekam Masa akan berlangsung di Museum Nasional Indonesia pada 28 Oktober hingga 6 November 2022.

Puluhan seniman akan berpartisipasi dalam pameran tersebut, yang karya-karyanya sudah dikurasi oleh tiga orang kurator.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas