Dogecoin, Koin Kripto yang Melesat Usai Elon Musk Akuisisi Twitter
Diluncurkan pada Desember 2013, Dogecoin (DOGE) dibuat oleh oleh Jackson Palmer seorang manajer Adobe Inc. yang tinggal di Sydney, Australia.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Dimana Dogecoin memiliki adopsi tertinggi di Amerika Serikat mencapai 30,6 persen atau setara 1,6 kali tingkat adopsi rata-rata di pasar global.
Bahkan berkat ketenaran yang melekat pada DOGE, lantas membuat meme bergambar anjing ini dapat mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar 8,4 miliar dolar AS per Agustus 2022, terpaut jauh bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasar pada 1 Januari 2021 dimana saat itu DOGE hanya dipatok 625 juta dolar AS.
Cara Kerja Dogecoin
Seperti koin kripto lainnya Dogecoin berjalan di blockchain yang jaringan kriptografi untuk menjaga semua transaksi tetap aman. Seperti dikutip dari Forbes blockchain Dogecoin bekerja dengan menggunakan mekanisme konsensus bukti kerja, di mana penambang menggunakan komputer untuk memecahkan proses mining.
Baca juga: CEO Indodax: Meski Jumlah Investor Meningkat Tapi Pemahaman Mengenai Kripto Belum Mendalam
Untuk mendapatkan koin ini, pengguna diharuskan untuk memiliki dompet kripto terlebih dahulu, selanjutnya pengguna dapat membeli Dogecoin di bursa cryptocurrency seperti Binance atau Kraken. Setelah proses pembelian rampung dilakukan, koin kripto ini bisa langsung dipindahkan ke dompet kripto pengguna.
Sayangnya transaksi menggunakan Dogecoin hingga saat ini belum bisa dilakukan di Indonesia. Mengingat pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan untuk tidak mengakui mata uang kripto sebagai alat tukar yang sah. Kendati demikian, pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) masih membolehkan warga Indonesia memiliki mata uang kripto sebagai aset investasi.