Menakar Prospek Pasar Kripto Usai Donald Trump Ditembak dan Data CPI di AS
Inflasi di AS pada bulan Juni turun menjadi 3% year-on-year (YoY), lebih rendah dari ekspektasi sebesar 3,1% dan penurunan dari 3,3% pada bulan Mei.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi di Amerika kerap menjadi sentimen terhadap pasar kripto, baik terkait politik maupun data ekonomi.
Terbaru adanya insiden penembakan capres Donald Trump saat kampanye, kemudian dukungan dari CEO Tesla Elon Musk dan Founder Tron Justin Sun, hingga penurunan data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat
Tercatat, inflasi di AS pada bulan Juni turun menjadi 3 persen year-on-year (YoY), lebih rendah dari ekspektasi sebesar 3,1% dan penurunan dari 3,3% pada bulan Mei.
Lantas bagaimana kondisi pasar kripto ke depan?
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyatakan bahwa data CPI merupakan indikator penting bagi para pelaku pasar, termasuk investor kripto.
Baca juga: Wall Street Rebound, Saham Dow Jones Catat Rekor Tertinggi karena Optimisme Donald Trump Menang
Perubahan tingkat inflasi yang diukur melalui CPI dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve, yang pada akhirnya berdampak pada harga aset kripto.
"Koreksi yang terjadi di pasar kripto saat data CPI dirilis merupakan reaksi yang wajar mengingat ketidakpastian yang ada," ujarnya dikutip dari Kontan, Selasa (16/8/2024).
Oscar juga menekankan bahwa pasar kripto sering bereaksi terhadap berita besar yang berpotensi mempengaruhi stabilitas geopolitik dan ekonomi global.
Insiden penembakan terhadap Trump menciptakan ketidakpastian tinggi di pasar keuangan, termasuk pasar kripto.
Reaksi pasar bisa bersifat volatil dalam jangka pendek karena investor mencari keamanan dalam situasi yang tidak menentu.
Meskipun demikian, Oscar menyebut Bitcoin menunjukkan ketahanan dan pemulihan yang cepat setelah periode volatilitas.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Menakar Dampak Penembakan Trump Terhadap Pasar Kripto