Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

Menkeu Cari Cara Supaya LCGC yang Konsumsi Premium Cepat Mogok

Menteri Keuangan Chatib Basri mencari cara agar mobil Low Cost Green Car (LCGC) tidak mengonsumsi Premium

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
zoom-in Menkeu Cari Cara Supaya LCGC yang Konsumsi Premium Cepat Mogok
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Aktivitas pengangkutan mobil Toyota Agya yang baru keluar dari tempat produksi untuk didistribusikan, di pabrik PT Astra Daihatsu Motor di kawasan industri Suryacipta, Karawang, Jawa Barat, Senin (3/2/2014). PT Astra Daihatsu Motor memproduksi 2 jenis kendaraan low cost green car (LCGC) dengan merek Daihatsu Ayla dan Toyota Agya yang menggunakan komponen lokal mencapai 88 persen. Dua jenis mobil yang diluncurkan September 2013 tersebut hingga kini telah terjual 41.000 unit. KOMPAS/IWAN SETIYAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Chatib Basri mencari cara agar mobil Low Cost Green Car (LCGC) tidak mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Pasalnya, selain sudah diberikan insentif oleh pemerintah, konsumsi Premium juga diperkirakan bakal membengkak setelah dikonsumsi mobil-mobil murah ini.

"Ada nggak cara mobil LCGC pakai Premium, terus jadi mogok," ujar Chatib di Hotel Borobudur, Senin (7/4/2014).

Chatib mengaku sudah berkomunikasi dengan Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk menjaga konsumsi BBM bersubsidi dari pengendara mobil LCGC. Salah satu cara yang diusulkan adalah pengawasan dan hukuman bagi pengendara mobil LCGC yang memakai BBM bersubsidi.

Chatib menilai, solusi pengawasan dan pemberian hukuman tidak akan bisa berjalan. Sebab, Chatib bingung siapa yang akan menjaga semua SPBU PT Pertamina agar pengendara mobil LCGC tak mengonsumsi BBM bersubsidi.

"Kementerian Perindustrian minta disiapkan hukuman untuk pelanggar, tapi siapa yang mau kontrol, siapa yang mau jadi polisi di setiap SPBU," ungkap Chatib.

MS Hidayat, sebelumnya mengatakan, program LCGC sudah dirumuskan sejak tiga tahun lalu, sehingga salah satu kekhawatiran membengkaknya konsumsi BBM bersubsidi sudah dipertimbangkan. Pemerintah mewajibkan spesifikasi mesin semua LCGC pakai BBM non subsidi.

"Kalau konsumen memaksa pakai Premium, dalam satu tahun akan ada masalah. Garansi bisa hilang karena ATPM tidak mau tanggung," kata Hidayat.

Berita Rekomendasi

Sesuai komitmen, pemerintah menargetkan agar Premium dicabut subsidinya. Tapi, dinilai masih banyak masyarakat kecil yang butuh disubsidi sampai akhirnya keputusan itu batal diambil dan memilih menaikkan harga dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. "Bisa saja nanti dalam lima tahun ke depan, subsidi premium dicabut dan produk LCGC pakai standar konsumsi Pertamax Plus tidak Pertamax biasa lagi," kata Hidayat.

Total kuota penyaluran BBM bersubsidi yang dialokasikan kepada perusahaan tahun ini sebanyak 47,35 juta KL, hingga akhir kuartal I 2014 telah terealisasi sebanyak 11,2 juta KL atau 23,6 persen.

Realisasi tersebut menunjukkan pertumbuhan sekitar 1,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang mencapai 11,02 juta KL.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas