Harganya Selangit, Replika Mobil Dari Kayu Tak Dilirik Pasar Indonesia
Kerajinan kayu dengan model mobil dan motor sport milik Santoz tak banyak dikunjungi masyarakat yang hadir di Gelaran Indonesia
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerajinan kayu dengan model mobil dan motor sport milik Santoz tak banyak dikunjungi masyarakat yang hadir di Gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2018.
Berada di dalam Hall B, Santoz memamerkan mobil kayu berdesain Porsche 911 dan motor kayu berdesain Royal Enfield.
Pahatan kayu kedua kerajinan itu, tampak rapi. Detail mesin dan juga lekukan bodi terlihat apik, ditambah ukuran yang sama dengan kendaraan aslinya.
Santoz mengaku, meski sudah begitu intensif menggenjot pemasaran, tetapi tidak direspon positif di pasar Indonesia. Dia menjelaskan justru lebih banyak mengekspor kerajinannya itu ke pasar Amerika dan Eropa.
"Selama dua tahun jualan, paling hanya tiga sampai empat unit untuk pasar Indonesia. Kalau di Amerika dan Eropa ya sudah puluhan unit. Tidak terlalu banyak diminati kalau di Indonesia," jelasnya kepada Tribun di gelaran IIMS 2018, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Namun, dirinya maklum karena harganya yang selangit.
Dibanderol dengan harga 20-50 ribu US dollar, konsumen Indonesia cenderung akan membeli kendaraan asli yang bisa dikendarai dan dipakai sehari-hari. Apalagi, dengan harga yang sama, sudah dapat membeli banyak pilihan kendaraan.
Sejauh ini, konsumennya di luar negeri, juga menjadikan kerajinannya sebagai pajangan di cafe, bar, maupun kantor-kantor otomotif.
"Iya orang maunya beli yang asli, daripada replika seperti ini dan hanya untuk pajangan. Kami juga jual seninya," tukasnya.
Memiliki bengkel di Jawa Tengah, Santoz mengatakan kerajinan tersebut dibuat langsung oleh anak bangsa. Sebanyak 30 orang pegawainya berasal dari sekitar bengkel.
Tidak hanya motor Royal Enfield dan mobil Porsche 911 saja, Santoz juga melayani pemesanan replika kerajinan kayu model lain, tergantung pemesanan. Begitu juga dengan kayu yang dipakai. Lama pekerjaan, kata dia, berkisar antara dua sampai lima bulan.
"Semuanya tergantung pesanan saja. Kalau modelnya aneh-aneh dan cukup besar, ya bisa lama pengerjaannya," ucap dia.
Dirinya mulai tertarik menggeluti dunia kerajinan kayu, berdasar pada kesibukannya menjadi pengusaha kayu di Kepulauan Morotai. Dari situ, dia terinspirasi untuk membuat kerajinan replika mobil dan motor dengan ukuran 1:1.
Untuk mengakomodir pasar Indonesia, Santoz pun mengaku sudah merangkul Universitas Gadjah Mada untuk bekerjasama membuat mesin mobil kayu. Sehingga, tidak hanya dipajang, mobil dan motor kayu Santoz, dapat dikendarai.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi sudah ada mesinnya. Paling nanti bannyak kita ganti, ban biasa. Kalau kayu kan tidak mungkin," ucapnya.
Dia berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang dapat menghargai seni kerajinan kayu yang dirinya kembangkan. Ia pun berjanji akan memberikan harga spesial apabila ada warga yang menginginkan kerajinan kayu tersebut.
"Kalau buat dalam negeri, harga bisa goyang lah," ucapnya.(ryo)