Produksi Biodiesel Tahun 2022 Ditargetkan Mencapai 10,15 Juta Kiloliter
Kementerian ESDM memproyeksikan realisasi penerapan biodiesel B30 sampai dengan akhir Desember 2021 mencapai 9,3 juta kilo liter.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter: Achmad Jatnika
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan realisasi penerapan biodiesel B30 sampai dengan akhir Desember 2021 mencapai 9,3 juta kilo liter.
Menurut Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, saat ini data realisasi bulan Desember 2021 masih dalam tahapan penyelesaian, sehingga angka realisasinya belum dapat dipastikan.
Sementara itu, untuk alokasi volume tahun 2022, Dadan menyebutkan akan mencapai sebesar 10,15 juta kilo liter dengan perkiraan dana pembiayaan biodiesel dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) akan sebesar Rp 35,41 triliun.
Dadan menjelaskan bahwa saat ini ada lima keuntungan dari adanya program B30.
Pertama, menghemat devisa negara sebanyak Rp 56,24 triliun, kemudian peningkatan nilai tambah dari crude palm oil (CPO) ke biodiesel sebesar Rp 11,26 triliun.
Baca juga: Uni Eropa: Konsumsi Biodiesel 2031 Akan Turun, Impor Minyak Sawit Dibatasi
Ketiga, ia juga melihat, program ini akan meningkatkan tenaga kerja on-farm sebanyak 1,15 juta tenaga kerja dan off farm sebanyak 8,68 ribu tenaga kerja.
Keempat, adanya program ini menurutnya akan menurunkan emisi karbondioksida (CO2) sebesar 24,7 juta ton di tahun 2021. Terakhir, program ini dinilai akan menstabilkan harga CPO.
Baca juga: Program Biodiesel Akan Hemat Devisa Negara Hingga Rp 176 Triliun
“Rata-rata harga CPO di tahun 2021 sebesar Rp 9.725 per kilogram,” katanya kepada Kontan, Senin (3/1/2021).
Selain itu, terkait dengan program B40, Dadan mengatakan bahwa saat ini pemerintah sedang memastikan aspek teknis, kesiapan bahan baku, unit produksi, dan regulasi pendukung program ini.
Baca juga: Olah Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, BGR Logistics Kerja Sama dengan ITS
Ia juga menyebutkan bahwa kajian kelayakan B40 secara teknis dan kajian tekno ekonomi sedang dilakukan.
“Di tahun 2022 akan dilanjutkan dengan road test untuk memastikan keberterimaan spek dari campuran B40 tersebut dan compliance terhadap mesin kendaraan,” katanya.
Menurutnya, secara teknis implementasi B40 sudah siap, tetapi ada beberapa hal yang perlu dilihat, seperti pendanaan dan kesanggupan produsen untuk memproduksi dengan spesifikasi lebih tinggi.
Sumber: Kontan