Tantangan Industri Elektrifikasi Transportasi: Teknologi Hingga Masih Mahalnya Harga Jual
Jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 80 juta, dengan 15 juta di antaranya digunakan untuk melewati kota Jakarta setiap hariny
Editor: Seno Tri Sulistiyono

Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan pengguna sepeda motor terbanyak di dunia.
Ada sekitar 85 persen rumah tangga di Indonesia setidaknya memiliki satu unit sepeda motor dan menjadikannya sebagai alat transportasi utama.
Menurut survei yang pernah dilakukan oleh Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), jumlah sepeda motor di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 80 juta, dengan 15 juta di antaranya digunakan untuk melewati kota Jakarta setiap harinya.
Baca juga: Tahun Depan, Pemerintah Akan Berikan Subsidi Rp6,5 Juta untuk Pembelian Motor Listrik
Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR – atau disebut Vektor) Gilarsi W. Setijono, mengatakan pilihan me-retrofit (menambah fitur) sepeda motor konvensional menjadi sepeda motor listrik alias konversi, dapat menjadi solusi tambahan bagi pemerintah dalam upaya mengurangi polusi di perkotaan di Indonesia, memanfaatkan teknologi yang tepat guna dengan ongkos yang relatif terjangkau.
"Yang pasti, teknologi retrofit ini bukan sebuah rocket science dan relatif mudah diaplikasikan. Karenanya kami optimis bahwa metode yang kami tawarkan ini dapat cepat diterima oleh masyarakat secara luas dan tentunya mendapat dukungan penuh dari pihak pemerintah dan dunia usaha khususnya," tutur Gilarsi dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Pemetaan Potensi Membangun Industri Elektrifikasi Transportasi Indonesia" dan pameran teknologi, di Kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Surabaya, Selasa (29/11/2022).
Sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi pelaku industri elektrifikasi transportasi ialah teknologi yang masih dini dan minimnya pilihan kendaraan listrik di pasaran.
Di samping itu, infrastruktur pendukung seperti SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) juga belum disiapkan.
Ketiga faktor tersebut turut mempengaruhi harga akhir yang masih relatif tinggi.
"Faktor-faktor itu akhirnya membuat masyarakat kita merasa bahwa kendaraan listrik saat ini belum terlalu dibutuhkan," terang Gilarsi.
Yang terpenting, industrialisasi kendaraan listrik ini harus dibangun dan dikembangkan di Indonesia.
Saat ini di seluruh dunia, elektrifikasi memang menjadi sektor yang diandalkan untuk menjadi industri inti masa depan.
"Tantangannya adalah, beberapa hal mendasar perlu disiapkan terlebih dahulu seperti regulasi standar kendaraan listrik yang idealnya dapat segera diterbitkan Pemerintah, dalam waktu yang tidak terlalu lama," ungkapnya.
Untuk mempercepat tumbuhnya industri ini memang diperlukan serangkaian ketentuan yang jelas, seperti aturan terkait operasional angkutan umum kendaraan listrik, kendaraan baru dan kendaraan hasil retrofit, regulasi terkait dengan infrastruktur kendaraan listrik, aturan teknis produksi dan penggunaan baterai, hingga ketentuan terkait insentif pembiayaan dari Pemerintah untuk kendaraan listrik.
Baca juga: Persiapan BUMN Sukseskan Perhelatan G20 Bali, Bandara Dipercantik hingga Hadirkan Ratusan SPKLU