Terdampak Sanksi Barat, Penjualan Mobil di Rusia Anjlok Hingga 58 Persen
Total penjualan mobil di Rusia pada tahun lalu mencapai 687.370 unit, turun signifikan dibandingkan 2021 sebanyak 1,6 juta unit.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Asosiasi Bisnis Eropa (AEB) pada Kamis (12/1/2023) merilis data yang menunjukkan bahwa penjualan mobil di Rusia anjlok sebesar 58,8 persen pada 2022.
Dikutip dari Reuters, AEB mengatakan anjloknya penjualan mobil di Rusia diakibatkan oleh sanksi Barat yang dijatuhkan kepada Rusia.
“Total penjualan mobil di Rusia pada tahun lalu mencapai 687.370 unit, turun signifikan dibandingkan tahun 2021 sebanyak 1,6 juta unit yang terjual,” kata Alexey Kalitsev, kepala komite AEB.
Baca juga: Tak Mau Berperang, Seorang Tentara di Rusia Dipenjara Lima Tahun
Beberapa pembuat mobil Rusia menangguhkan produksi untuk periode tahun lalu karena industri berjuang demi mendapatkan suku cadang dan membangun rantai pasokan baru menyusul pengenaan sanksi atas tindakan militer Moskow di Ukraina.
"Pasar otomotif Rusia terpengaruh oleh sanksi Barat dan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga membuat produksi kendaraan di tahun lalu turun tajam,” kata Kalitsev
Akibat sanksi tersebut, banyak produsen mobil Barat memilih untuk meninggalkan pasar otomotif Rusia.
Harga mobil di Rusia juga meningkat cukup signifikan di tahun lalu, dimana menurut Kalitsev hal itu dilakukan untuk menekan rebound penjualan.
Selain itu, penjualan ritel juga merosot di seluruh ekonomi Rusia pada 2022 di tengah resesi, ketidakstabilan harga dan meningkatnya ketidakpastian.
Namun, Badan industri memperkirakan bahwa penjualan mobil di Rusia akan naik 12 persen pada tahun ini menjadi sekitar 770.000 unit, di dorong oleh munculnya sejumlah mobil baru.
"Dengan kombinasi keadaan yang menguntungkan, pertumbuhan di atas 12 persen juga dimungkinkan. Tetapi tidak ada seorang pun di dunia yang dapat memprediksi apa pun dalam situasi saat ini," kata badan industri itu.