Produsen Otomotif Ini Sebut Bioetanol Masa Depan Ketahanan Energi Indonesia
Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan dapat dieksplor lebih lanjut untuk kepentingan rakyat.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan dapat dieksplor lebih lanjut untuk kepentingan rakyat.
Satu sumber energi yang dikelola dengan tepat dan mampu berperan aktif dalam penurunan emisi adalah pemanfaatan biosolar.
Di Tanah Air, biosolar sudah dikembangkan selama 10 tahun dan sekarang sudah mencapai implementasi B35 dan sebentar lagi B40. Pengembangan biosolar sendiri mendapat dukungan dari Japan Auto Mobile Association.
Baca juga: Beli Mobil Baru, Gratis Daihatsu Rocky di Daifest 2024
Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, mengatakan saat ini Indonesia harus mulai bergerak mengembangkan etanol sebagai opsi penyediaan bahan bakar lain.
"Kita juga akan masuk ke bioetanol, memang sejarahnya berbeda dengan biosolar. Potensi ke depannya cukup besar sekali, seperti di Lampung kita baru bicara dengan produsen yang memproduksi bioetanol dari jagung. Ke depan biosolar dan bioetanol akan menjadi bagian penting ketahanan energi kita," tutur Bob dalam Media Diskusi Bioetanol dan FFV Test Drive di Karawang Plant, Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024).
Sebagai industri otomotif yang menjadi offtaker energi, Toyota menilai industri harus berusaha untuk proaktif menyediakan kendaraan yang kompatibel dengan energi.
"Kita tidak anti BEV, kita mengembangkan BEV juga. Toyota sudah sejak 20 tahun lalu memproduksi mesin etanol, cuma etanolnya nggak ada," ungkapnya.
Mewujudkan pemanfaatan bioetanol, Toyota Indonesia berkolaborasi dengan Pertamina melakukan uji coba bahan bakar alternatif bioetanol pada unit Fortuner FFV dan Kijang Innova Hybrid FFV.
Pengisian perdana dan test drive kedua produk Toyota ini menggunakan bioetanol yang bersumber dari batang tanaman sorgum.
Proses produksi bahan bakar nabati tersebut menggunakan peralatan distilasi dan dehidrasi yang terdapat di fasilitas Laboratorium Technology Innovation milik Pertamina.
Baca juga: Toyota Berharap RI Tiru Thailand Beri Insentif ke Produsen Otomotif yang Produksi Kendaraan Hybrid
Nira sorgum didapatkan melalui kerja sama dengan universitas setempat yang sudah melakukan uji penanaman di beberapa lahan. Setelah itu nira yang dihasilkan difermentasi menjadi bioetanol dan kemudian dimurnikan.
"Semua usaha untuk mengurangi emisi melalui pemanfaatan EBT harus digencarkan, khususnya pada industri otomotif nasional," imbuh Bob.
Dengan pengembangan industri otomotif yang mensejahterakan petani, akan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia, sehingga roadmap emisi, energi dan otomotif mampu menjadi solusi mobilitas sekaligus mensejahterakan masyarakat.
Sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan etanol, pemerintah juga bisa melakukan trade off yaitu menukar barang-barang yang diekspor dengan impor etanol, sambil menyiapkan perkebunan untuk melakukan substitusi.