Bernardino Moningka Vega Jr: Kerja di Kantor Tak Harus Jadi Cita-cita Utama
Bernardino Moningka Vega Jr bercita-cita ingin mengubah mindset masyarakat Indonesia terhadap dunia wisaha. Seperti apa?
Baca Juga: B20 Indonesia: KADIN Bahas Pentingnya Teknologi Digital untuk Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan
Tak lepas dari tantangan
Kendati punya banyak peluang, menjadi wirausaha tentu tak lepas dari tantangan. Salah satunya, mengalami kerugian. Dalam hal ini, Bernardino mengimbau masyarakat yang ingin memulai wirausaha untuk memperhatikan dua hal, yaitu fixed cost dan variable cost.
Fixed cost adalah biaya yang nilainya tak berubah meski terjadi penurunan atau peningkatan jumlah barang. Sedangkan variable cost adalah biaya yang besarannya dinamis, tergantung volume produksi barang.
“Selain itu, Anda (pengusaha) harus selalu punya plan B. Kalau bisnis tidak berhasil, harus ada rencana alternatif. Entah mengurangi variable cost atau menjalin kemitraan untuk menambah networking,” ujar Dino.
Tantangan lainnya adalah menghadapi persaingan. Untuk meningkatkan daya saing para pelaku UMKM, setidaknya ada dua hal yang terus diupayakan pemerintah Indonesia, yaitu menyediakan kemudahan akses pasar dan permodalan, baik modal operasional maupun investasi.
Pada akses permodalan, misalnya, Bernardino yang juga merupakan Direktur Utama (Dirut) PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) menjelaskan bahwa kemajuan teknologi membuka akses bagi pengusaha, terutama yang unbankable dan tidak memiliki aset sebagai jaminan, untuk memperoleh permodalan.
Baca Juga: Makin Laris di Akhir Tahun, UMKM Kuliner Online Bisa Manfaatkan Ini
Sumber permodalan lebih bervariasi, salah satunya peer-to-peer lending (P2P) yang mekanismenya dapat menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses pinjaman ke bank.
“Sebagai gambaran, menurut data AdaKami, ada 3,3 juta nasabah Indonesia yang sudah menjawab cita-cita untuk mengakses permodalan untuk berbagai kebutuhan, termasuk wirausaha,” ungkapnya.
Setiap tahun, angka credit gap di Indonesia sendiri mencapai Rp 1.600 triliun. Artinya, masih banyak masyarakat yang belum terjangkau oleh akses pinjaman dari perbankan.
“P2P menggunakan data point yang berbeda dari perbankan, salah satunya bebas jaminan. Dengan memanfaatkan teknologi, algoritma aplikasi bisa membaca dan menilai untuk kemudian menentukan credit score dan integritas kemampuan bayar nasabah,” jelas Dino.
Harapan pria kelahiran Sulawesi Utara tersebut, kehadiran teknologi finansial dapat membantu memperkecil credit gap dan membantu pengusaha yang unbankable untuk memperoleh modal untuk menggerakkan usahanya.
Baca Juga: Sebelum Menjalankan Ide Usaha, Pelaku UMKM Wajib Punya 7 Skills Ini