Anak Muda Kurang Tertarik Tari Tradisional, Dirjen Kebudayaan: Belum Diakui Sebagai Profesi
Agar nantinya seni tari dan lukis juga pekerjaan yang berkaitan dengan kesenian bisa menjadi profesi serta ada sistem penggajian.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minat masyarakat terutama generasi muda menekuni tari tradisional Indonesia dalam kondisi rendah. Mereka masih melihat menari atau melukis sebagai hobi, bukan profesi.
Baca juga: Melestarikan Budaya Indonesia Melalui Workshop Membuat Tipat Bali dan Pentas Seni Tari Panyembrama
Terkait hal tersebut Direktur Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyebut ada problem mendasar yang berkaitan dengan turunnya minat generasi muda dengan tari tradisional Indonesia.
"Problem sangat mendasar (adalah) banyak pekerjaan di dalam kesenian belum diakui sebagai pekerjaan atau profesi," ujarnya saat perayaan Hari Tari Dunia sekaligus Adeging Mangkunegaran ke-267 di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (28/4/2024).
Hilmar menjelaskan perlunya direktorat khusus yang menangani hal tersebut. Agar nantinya seni tari dan lukis juga pekerjaan yang berkaitan dengan kesenian bisa menjadi profesi serta ada sistem penggajian yang terbangun.
Baca juga: Pekan Tari Tradisional & kreasi di Banda Aceh, Kawula Muda Padati Situs Sejarah Gunongan
"(kelompok) Itu belum mapan sebagai profesi. Pekerjaan itu penting dan (perlu) punya direktorat khusus. Okupansi terbangun, penggajian dan seterusnya. Sehingga orang belajar, ada masa depannya," jelasnya.
"Sehingga nantinya, ketika mengundang acara kesenian juga bisa menghitung satuan biaya lebih jelas. Kelihatan kecil tapi (ini) fundamental," tambah Hilmar.
Hilmar juga melakukan pertemuan dengan seniman tari di Indonesia bertepatan dengan hari Tari Sedunia. Dalam diskusi tersebut disepakati pentingnya sebuah ekosistem kebudayaan.
Baca juga: Gara-gara Hilmar Farid, Nadiem Makarim Kena Getahnya! Perlu Rombak Ulang!
Guna membangun ekosistem tersebut diperlukan kolaborasi bersama dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari terselenggaranya Trilogi tari dalam rangka merayakan Hari Tari Dunia sekaligus memperingati Adeging Mangkunegaran ke-267, pada 27-29 April 2024 di Surakarta, Jawa Tengah.
"Dan itu hari ini kita lihat bukti konkretnya ya. Ada perguruan tinggi, ada Dirjen dari pemerintah, bahwa pada dasarnya kita tahu ya kalau kita tidak bisa jalan sendiri," ujarnya. Sebagai penutup, Hilmar mengatakan jika hubungan terjalin antara beberapa institusi menjadi kunci untuk bisa berinovasi di bidang seni.