Gita: Semangat Nasionalisme Mustahil Melembaga Tanpa Ketahanan Pangan
Gita Wirjawan mengatakan jangan bermimpi berbicara nasionalisme jika tidak punya kebanggaan atas produksi yang dihasilkan bangsa sendiri.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Gita Wirjawan mengatakan jangan bermimpi berbicara nasionalisme jika rakyat tidak punya kebanggaan terhadap produksi yang dihasilkan bangsa sendiri.
Ini juga, menurut mantan Menteri Perdagangan ini, harus selaras dengan kebanggaan rakyat karena pemimpinnya bisa memainkan relevansi geopolitik Indonesia secara tepat. Kembali Gita menegaskan semangat nasionalisme mustahil melembaga tanpa ketahanan pangan dan kesejahteraan.
"Itu sebabnya saya konsisten menggulirkan wacana Undang-undang Reformasi Agraria, pengampunan pajak, tax holidays, dan penguatan KPK serta penegak hukum lainnya, agar postur APBN kita meningkat tajam dengan realokasi anggaran untuk akselerasi sumber daya manusia dan insfrastruktur", ucap calon presiden konvensi Partai Demokrat ini dalam keterangan tertulisnya kepada Tribunnews.com, Jumat (28/2/2014).
Lebih lanjut Gita menggarisbawahi pentingnya pendekatan fiskal guna meningkatkan kapasitas dompet keuangan negara.
"Kuncinya ada di kebijakan amnesti pajak, ini akan meningkatkan jumlah pembayar pajak dari 20 juta ke 40-50 juta, menurunkan besaran pajak dan berdampak pada berlipatnya penerimaan pajak kita", kata Gita.
Sementara itu, Ekonom Tony Prasetyantono mengapresiasi sosok Gita yang dinilainya mampu merelevansikan semangat nasionalisme dalam konteks persaingan global.
"Isu kemandirian ekonomi dan nasionalisme tepat dipilih namun semua kandidat presiden pasti akan menjualnya. Visi Pak Gita sudah cocok, persoalannya adalah bagaimana itu dijual ke masyarakat bawah dan mereka mau membelinya. Pemimpin kita besok juga wajib meningkatkan daya saing generasi muda di pentas global. Masak jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri disalip Vietnam? Saya prihatin dengan fenomena nasionalisme yang dipahami mencukupkan diri sekolah di dalam negeri. Ini terjadi di kampus UGM misalnya", ujar pengajar di Fakultas Ekonomi UGM ini.