Mengapa Perlu Kreativitas dan Ketekunan dalam Usaha? Jawaban Tema 5 Kelas 6 SD Subtema 3
Berikut materi dan pembahasan jawaban Buku Tematik tema 5 kelas 6: tentang Ayo, Belajar Berwirausaha Halaman 132, 133, dan 135.
Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Berikut jawaban dari pertanyaan "Mengapa diperlukan kreativitas dan ketekunan dalam menjalankan usaha tersebut?" buku tematik kelas 6 tema 5: Subtema 3, halaman 132, 133, dan 135.
Buku Tematik Tema 5 untuk kelas 6 SD/MI ini, mengangkat judul mengenai Ayo, Belajar Berwirausaha.
Materi buku kelas 6 tema 5 berjudul 'Wirausaha' ini terdapat pada Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018.
Pada materi kali ini kamu akan diajak untuk mempelajari mengenai suatu kreativitas yang menjadi modal utama dalam berwirausaha.
Kreativitas dan ketekunan adalah modal dalam melakukan suatu usaha.
Berikut kunci jawaban dan pembahasan materi pembelajaran 2 mengenai 'Usaha di Sekitarku'.
Ayo Membaca
Pada halaman 131 sampai 132, disajikan sebuah teks yang harus teman-teman baca.
Gelang Benang, Kreatif Mengisi Waktu Luang
Man, seorang anak laki-laki Suku Sasak dari Desa Sade, Lombok. Usianya hampir 12 tahun. Ia baru saja menyelesaikan ujian akhir tingkat SD di sekolahnya. Usai sekolah, Man dan beberapa teman seusianya secara kreatif mengisi waktu luang dengan berjualan aneka warna gelang benang buatan sendiri. Sejak dini, anak-anak Suku Sasak terbiasa menyaksikan kaum ibu memintal benang dan menenun kain. Sisa benang aneka warna mereka jalin dengan beragam kreasi untuk dijadikan gelang.
Desa Sade terletak di Lombok Tengah, tidak jauh dari Pantai Kuta. Melihat ramainya wisatawan pengunjung pantai, Man dan teman-teman melihat peluang usaha untuk mengisi waktu luang mereka. Menjelang sore hari, mereka menawarkan berbagai aneka gelang benang buatan mereka ke wisatawan pengunjung pantai. Dengan kreatif mereka membuat berbagai ragam jalinan untuk ditawarkan. Kadangkala, mereka sisipkan manik-manik kayu untuk mempercantik gelang. Menyadari bahwa harga gelang yang dijual tidak dapat terlalu tinggi, mereka mengganti benang hasil pintalan kapas dengan benang jahit yang mereka beli di pasar. Seuntai gelang mereka jual dengan harga Rp5.000,00 hingga Rp15.000,00. “Dalam sehari, biasanya aku bisa menjual lima sampai enam gelang. Rata-rata dalam sehari kami bisa membawa pulang uang Rp30.000,00,” ujar Man. Ketika ditanyakan untuk apa uang hasil jualan tersebut, “Untuk menambah uang jajan, dan membeli perlengkapan sekolah,” jawabnya sambil tersenyum lebar.
Walau tidak pernah diminta oleh kedua orang tuanya untuk membantu keuangan keluarga, Man selalu memberikan uang hasil jualannya kepada ibunya. Ketika sewaktu-waktu ingin membeli barang keperluan sekolah, ibunya akan memperbolehkan Man menggunakan uang tersebut.
Man tidak kehilangan waktu bermainnya karena berjualan. Ia berjualan sambil bermain air dan bercengkerama di pinggir pantai dengan teman-temannya. Menjelang matahari terbenam, Man dan teman-temannya pulang untuk mengerjakan tugas sekolah dan beristirahat. Ketika tugas sekolah sudah selesai, Man membuat beberapa gelang untuk mengisi kembali persediaan untuk berjualan esok hari.
Man bangga ketika gelang hasil buatannya dipuji oleh wisatawan. Sederhana, namun unik dan kreatif, begitu komentar para wisatawan terhadap gelang benang buatan Man dan teman-temannya. Kreativitas Man dalam memanfaatkan waktu luang memberinya pembelajaran hidup yang tak ternilai.
[Santi-ditulis berdasarkan wawancara pada bulan Juli 2014]