Menko PMK Cerita Soal Minimnya Akses Belajar di Nduga Papua
Pandemi justru jadi tantangan, karena terjadi disparitas akses dan kemampuan daya serap belajar anak di Indonesia, sebagai ilustrasi Kabupaten Nduga
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Eko Sutriyanto
Kualitas tanpa adanya akses akan terjadi ketimpangan menganga, begitu pula kuantitas tanpa kualitas akan membuat semakin tertinggal, termasuk jika tanpa adanya kesesuaian dan akses.
“Biar ada kuantitas kualitas kesesuaian tapi tidak merata, juga akan menciptakan ketimpangan yang semakin menganga itu,” katanya.
Menko PMK menyambut baik dengan mulai diperkenalkannya industry 4.0 untuk sektor pendidikan terutama pada proses belajar mengajar.
Baca juga: Menko PMK Harap Jumlah Pendonor Plasma Konvalesen Terus Bertambah
Menurutnya PJJ dengan sara teknologi dan informasi merupakan salah satu solusi terbaik di masa pandemi, meskipun bukan merupakan pilihan yang paling ideal, mengingat ada plus minusnya juga.
Tentunya dengan tidak meninggalkan daerah terpencil seperti Kabupaten Nduga, agar anak-anak dan masyarakat di sana turut mendapatkan akses pembelajaran yang baik kualitas dan kuantitas, serta menyesuaikan aksesnya.
“Indonesia bukan hanya terdiri dari bagian-bagian kota besar, tapi sebagian besar merupakan wilayah pedalaman yang akses untuk mendapatkan itu tidak melimpah akses yang berada di kota besar,” katanya.
“Dengan PJJ ini mereka (yang ada di kota besar) mendapatkan keberlimpahan belajar luar biasa, namun ada daerah yang tertinggal ketika tidak ada lagi proses pertemuan tatap muka dan semakin tertinggal dengan adanya PJJ," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.