Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sistem Pembelajaran yang Adaptif dan Sinergis Perlu untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Aceh  

Diperlukan restrukturisasi sistem dan tata pembelajaran secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Sistem Pembelajaran yang Adaptif dan Sinergis Perlu untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Aceh  
Ist
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat pada diskusi bertajuk Optimisme di Tengah Ketidakpastian, yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12, di Jakarta, Rabu (14/7/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi berdampak pada kualitas pendidikan di tanah air yang membutuhkan upaya adaptasi lewat berbagai inovasi. 

"Pekerjaan rumah yang mesti diperhatikan dalam sistem pendidikan yang berubah saat ini adalah learning loss, learning culture, learning adaptation dan learning innovation," kata Ketua Yayasan Sukma Lestari Moerdijat yang juga Wakil Ketua MPR RI dalam keterangannya, Kamis (15/7/2021).

Karena itu, jelas Lestari, diperlukan restrukturisasi sistem dan tata pembelajaran secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan patut dipersiapkan dengan mempertimbangkan situasi lokal mengingat Indonesia memiliki sumber daya manusia dengan perbedaan suku, agama, bahasa, budaya dan adat istiadat. 

Baca juga: Nadiem Akui Kesulitan Tangani Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

Pascabencana dan tsunami Aceh, ujar Rerie, Yayasan Sukma hadir untuk merevitalisasi pendidikan di Aceh dengan mendirikan Sekolah Sukma Bangsa di Pidie, Bireuen dan Lhokseumawe.

Sekolah Sukma Bangsa, ungkap Rerie, menanamkan filosofi school that learns sebagai fondasi pengembangan sekolah.

BERITA REKOMENDASI

Dalam perkembangannya, tambah Rerie, Sekolah Sukma Bangsa dengan kemampuan inovasinya di setiap periode, merumuskan kurikulum perdamaian dan resolusi konflik berbasis sekolah. 

Rerie menilai, mutu pendidikan sesungguhnya tidak diukur dengan variabel dan parameter 'dari luar' tetapi dimulai dengan kemampuan institusi untuk melakukan pembelajaran dengan bekal kemampuan inovasi. 

Kepala bidang SMA, Dinas Pendidikan Aceh, Hamdani mengaku pihaknya sudah melakukan penguatan kurikulum karena tujuan pendidikan di Aceh tidak hanya agar siswa mendapat nilai tinggi tetapi harus sadar hukum dan norma kehidupan di keseharian.

Dinas Pendidikan Aceh, jelas Hamdani, sudah mengajak sejumlah instansi dan lembaga untuk ikut bekerjasama dalam meningkatkan mutu pendidikan di Aceh.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Samsul Rizal menilai daya saing lulusan SMA di Aceh masuk perguruan tinggi belum merata.


Lulusan SMA Aceh diterima di perguruan tinggi di Aceh jumlahnya cukup memadai.

Namun, ujar Samsul, lulusan SMA Aceh yang diterima di perguruan tinggi di luar Aceh hanya 3,6 persen.

Baca juga: Menko PMK Dorong Perguruan Tinggi Hasilkan Oksigen Konsentrator untuk Penanganan Covid-19

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas