Tenaga Pendidik Perlu Bekali Diri dengan Soft Skill dan Kemampuan Public Speaking
Selain mengandalkan kemampuan akademis dan mengajar, tenaga pendidik juga perlu mengimbangi dengan soft skill guna meningkatkan kecerdasan emosional.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, peran komunikasi dan kemampuan public speaking sangatlah penting.
Dalam rangka mendukung terciptanya hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama GNLD Siberkreasi, dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristekdikti) menyelenggarakan rangkaian Kelas Mengajar Online Sesi II bertema “Public Speaking untuk Tenaga Pendidik”, Kamis (7/10/2021).
Dirjen PAUD, Dikdas & Dikmen Kemendikbud Ristekdikti, Jumeri, S.TP., M.Si. dalam sambutannya mengatakan jika pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas terutama bagi para pendidik merupakan langkah mutlak yang harus dilakukan guna menghadapi tantangan era industri 4.0.
Selain mengandalkan kemampuan akademis dan mengajar saja, kualitas tenaga pendidik juga perlu dibarengi melalui berbagai soft skill guna meningkatkan kecerdasan emosional yang telah mampu membawa putra-putri terbaik Indonesia menjadi generasi unggul dan maju.
“Salah satu soft skill yang perlu dibekali kepada tenaga pendidik adalah public speaking. Ini merupakan sebuah kunci untuk dapat menyampaikan informasi, ide, gagasan, serta ilmu," ujarnya.
Baca juga: Kapan Mulai Mengajarkan Anak Membaca? Ikuti Resep Ampuh Agar si Kecil Bisa Baca Tanpa Mengeja
Dengan adanya kemampuan public speaking yang baik dan mumpuni tentunya akan memudahkan dalam menyampaikan visi dan gagasannya serta dapat meyakinkan kepada audience-nya,” kata Dirjen Jumeri.
Baca juga: Mengenal Asesmen Nasional, Jumlah Sekolah yang Ikut hingga Level Pembelajarannya
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan, B.Sc., yang menjadi keynote speaker menjelaskan, untuk menghadapi hal tersebut, semua pihak harus mempercepat kerja sama dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia.
Salah satu pilar pentingnya adalah dengan menciptakan masyarakat digital, di mana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peranan penting di dalamnya.
Baca juga: 3.039 Sekolah di Jakarta Sudah Menggelar Pertemuan Tatap Muka
“Kemampuan literasi digital merupakan kemampuan yang paling krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi, namun juga cermat dalam menggunakannya,” ujarnya.
Aspek-Aspek Public Speaking
Founder CommPassion Nadia Mulya menjelaskan, tenaga pendidik adalah sebagai sender atau yang memberikan informasi. Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengasah kemampuan public speaking yang ia istilahkan dengan YMCA (Yourself, Message, Channel, Audience).
Yourself artinya diri sendiri atau yang menyampaikan pesan, lalu Message adalah pesan yang ingin disampaikan, Channel adalah kanal atau saluran untuk menyampaikan pesan tersebut, dan Audience adalah yang menerima pesan.
“Hal paling basic yang perlu ada dalam public speaking adalah dengan mulai memanaskan dan mempersiapkan alat vokal, pahami grogi, dan mulailah belajar menguasai komunikasi verbal dan nonverbal,” kata Nadia.
Nadia juga menegaskan, dalam public speaking kata-kata itu hanya 7% kontribusinya, 38%-nya adalah vocal dan sisanya 55% adalah body language, ekspresi, gestur dan penampilan.
Hal ini perlu diperhatikan dan diterapkan guna meningkatkan rasa kepercayaan diri serta informasi yang tersampaikan pun akan lebih jelas.
Nadia juga memaparkan, peserta didik yang dalam Generasi Z saat ini lahir dengan kondisi digital yang luar biasa, dan kemampuan mereka sudah mumpuni. Menurutnya, tenaga pendidik bisa mempersilahkan mereka untuk semakin menggali informasi.
“Sebagai tenaga pendidik, yang harus kita lakukan adalah dengan memprovokasi pemikiran mereka dan membuat rasa penasaran," ungkapnya.
Misalnya dengan memberikan beberapa fakta yang unik dan menarik. Karena dengan cara itu biasanya para peserta didik akan terpacu untuk ingin tahu atau biasa disebut kepo, sehingga biasanya mereka akan melakukan sebuah riset atau mencari fakta yang sebenarnya.