Profil Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Nasional dan Jurnalis Kritis Medan Prijaji
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo adalah Bapak Pers Nasional dan jurnalis kritis dari surat kabar Medan Prijaji. HPN diperingati 9 Februari.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
Ia gemar menulis dan mengirimkan tulisannya ke beberapa surat kabar dalam bahasa Belanda dan Jawa.
Tirto juga pernah membantu Chabar Hindia Olanda pimpinan Alex Regensburgh selama dua tahun.
Ia lalu pindah menjadi redaktur Pembrita Betawi, Pimpinan F. Wriggers, yang tak lama kemudian digantikan oleh Tirto.
Tirto Adhi Soerjo mengenyam pendidikan di sekolah HBS Belanda dan meneruskan studinya sebagai mahasiswa kedokteran di STOVIA, Batavia.
Namun, karena lebih sibuk menulis di media masa, ia akhirnya tidak menyelesaikan sekolah dokternya.
Baca juga: Kumpulan Link Twibbon Hari Pers Nasional 9 Februari 2022, Dapat Dibagikan di Instagram dan WA
Karier Tirto Adhi Soerjo di Bidang Jurnalistik
Selama tinggal di Bandung, Tirto mendirikan 3 surat kabar, yakni Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Poetri Hindia (1908).
Surat kabar Medan Prijaji menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia) dan seluruh proses produksi dan penerbitannya dikerjakan oleh pribumi asli, sehingga dianggap sebagai surat kabar Nasional yang pertama kali terbit.
Medan Prijaji digemari oleh masyarakat pada waktu itu, karena adanya satu rubrik khusus yang menyediakan penyuluhan hukum gratis.
Lalu, pada 1906 (dua tahun sebelum organisasi Budi Utomo lahir), Tirto telah mendirikan organisasi pribumi bercorak modern pertama yang diberi nama Sarikat Priyayi.
Perkumpulan inilah yang kemudian melahirkan surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907.
Tirto bersama H.O.S Tjokroaminoto, lalu mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI), yang kelak berubah menjadi Sarekat Islam, pada tahun 1909 di Jakarta.
Tirto Adhi Soerjo dan Pemikiran Kritisnya
Dikutip dari laman Kemdikbud, Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum.