Duta Quran Siap Lahirkan 1,4 Juta Hafiz Al Quran Lewat Kolaborasi
Duta Quran Indonesia mendeklarasikan tekad siap melahirkan 1,4 juta hafiz Al Qur’an di seluruh Indonesia pada akhir 2022 ini.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Quran Indonesia mendeklarasikan tekad siap melahirkan 1,4 juta hafiz Al Qur’an di seluruh Indonesia pada akhir 2022 ini.
Deklarasi ini dilakukan di Pesantren Al-Madinah Cibinong, Kabupaten Bogor, dan dihadiri ratusan peserta, Minggu (27/3/2022). Bersamaan dengan deklarasi ini juga diluncurkan Program Serbu Dutaqu.
Presiden Duta Qur’an Indonesia Ummi Rasyid optimistis, target tersebut akan bisa direalisasikan melalui kerjasama dengan berbagai lembaga tahfiz Al Quran di berbagai daerah.
"Peserta yang hadir di sini adalah para guru ngaji dan juga didukung oleh komite. Bersama Duta Quran ini kami sharing program dan sharing kontribusi dengan lembaga lain yang memiliki program tahfiz Quran. Dengan kita berkolaborasi ini akan menjadi luar biasa," ujarnya.
Dia menambahkan, Duta Quran memiliki visi membuat barisan dakwah ini jadi bangunan yang kokoh dan tidak saling berkompetisi dengan lembaga tahfiz Qur'an lainnya.
Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan yang salah satu konsentrasinya membantu pondok pesantren dan rumah tahfiz, yaitu ASAR Humanity dan akan dijalankan melalui Program Serbu Dutaqu.
Baca juga: Kisah Pasutri Punya 16 Anak Kandung, Lahir dalam Periode 19 Tahun, 6 di Antaranya Jadi Hafiz Alquran
“Kita mencari pahlawan kebaikan yang berminat mendonasikan sepuluh ribu saja per bulan untuk diimplementasikan menjadi berbagai program yang diselenggarakan Duta Quran Indonesia. Tujuannya kita akan bersama-sama mencetak 1,4 juta penghafal Al-Qur’an,” kata Ummi Rasyid.
"Dari ribuan guru ngaji dan ratusan ribu santri saat ini, kebutuhan Al Quran dan beras mereka besar sekali, selain itu juga biaya untuk training guru juga besar sekali," sebutnya.
Baca juga: Youtuber, Ketua OSIS, dan Hafiz Quran Punya Jalur ke Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Dia menambahkan, diantara sesama lembaga tahfiq Al Quran pihaknya memiliki sharing program untuk guru berupa pelatihan.
"Di luar banyak program ini, makanya kita lakukan sharing. Misalnya kegiatan wisuda penghafal Al Qur'an kita selenggarakan bersama-sama, gabungan dengan beberpa lembaga," ungkapnya.
"Ini kita lakukan agar menjadi syiar yang lebih akbar, dan sesama duta Quran juga bisa saling mengenal dan mempromosikan lembaga yang ada di luar lembaganya," imbuhnya.
Baca juga: Polri Tanggapi Usulan Buya Syafii: Ratusan Santri hingga Hafiz Alquran Telah Direkrut Jadi Polisi
Lembaganya juga mengajak kontribusi para donatur di lembaganya agar juga menyalurkan sedekah ke tempat lainnya, bisa dalam bentuk uang, waktu dan tenaga.
"Kontribusi bisa dalam bentuk apa saja dan ASAR Humanity yang meng-organize semua tadi," bebernya.
Dukungan Infrastruktur
Dia menjelaskan, untuk dapat mencetak para penghafal Qur’an dibutuhkan berbagai infrastruktur seperti lembaga pendidikan yang layak, santri penghafal, dukungan orang tua santri hingga lingkungan pendidikan yang kondusif.
Pendiri Pesantren Tahfidz Ar-Rasyid, Cibinong, Bogor ini mencontohkan kesejahteraan para guru ngaji sebagai salah satu pilar sukses pembentukan penghafal Qur’an.
Dijelaskan, saat ini masih banyak guru ngaji yang mendapatkan upah di bawah Rp 50 ribu per bulan atau bahkan tak mendapatkan bayaran sekalipun.
Ummi Rasyid menyebutkan hanya sekitar 15 persen guru ngaji yang menerima bayaran Rp500 ribu atau lebih.
"Hanya 15 persen dari data kami miliki itu menerima per bulan Rp500 ribu ke atas. Selebihnya, Rp500 ribu ke bawah. Bahkan para guru ngaji di Kepulauan Aru, mereka tetap ikhlas mengajar di bagian Indonesia paling timur," sebutnya.
Dia memaparkan, para guru ngaji tersebut memiliki dedikasi tinggi meskipun untuk mengajar mereka harus berjuang ekstra seperti meninggalkan kampungnya dengan menaiki perahu, pindah ke daratan, naik lagi ke tempatnya.
Presiden ASAR Humanity Dicky Irawan menambahkan, salah satu konsentrasi lembaga yang dipimpinnya saat ini adalah mendukung program tahfiz Qur’an yang dilakukan Duta Quran Indonesia.
Dicky mengatakan, pada awal berdiri lembaganya, para pendiri berkomitmen memberikan 70 persen energi yang dimiliki untuk membesarkan kegiatan kemanusiaan di lembaganya.
"Kami sudah kumpulkan ribuan ton dan ribuan mushaf Al Quran. Kita juga selenggarakan pelatihan untuk santri dan guru di Ciloto," ungkap Dicky.
"Di bawah kita banyak orang yang harus kita bantu untuk dapat belajar Al-Qur'an. Kita ingin menyejahterakan para guru ngaji yang selama ini masih dibantu ala kadarnya," ungkap Dicky.
Dalam kegiatan kunjungannya ke sebuah daerah di Sulawesi dia bertanya pada seorang guru ngaji yang mengaku hanya mendapatkan bayaran Rp150 ribu per bulan.
Ketika dia menanyakan kepada sang ustaz mengapa tidak bekerja saja di pabrik atau perusahaan-perusahaan di sekitar tempat tinggalnya, jawaban yang diberikan membuatnhya terharu,
“Jawabannya membuat saya malu. Beliau bilang begini, ‘Pak Dicky meskipun saya nggak dibayar sekalipun, saya tetap bersama Al-Qur’an. Karena saya ingin menjadikan hidup mati saya bersama Al-Qur’an,” ujarnya.
Karena itu, lembaganya bertekad akan terus mengiringi para penghafal Qur’an yang kini belajar di pesantren dan rumah tahfiz yang dinaungi Duta Qur’an Indonesia.
“Kita akan terus bersama para penghafal Qur’an yang karena merekalah negeri ini penuh dengan cahaya dan keberkahan serta menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ungkapnya.
Duta Quran Indonesia sendiri merupakan lembaga non-profit yang berfokus pada peningkatan kualitas lembaga pendidikan Al-Qur’an, peningkatan mutu tenaga pendidik Al-Qur’an, dan penyelanggaraan program kegiatan untuk santri dan orang tua santri di seluruh Indonesia.
Lembaga ini telah berpengalaman mengelola lembaga pendidikan Al-Qur’an lebih dari delapan tahun.
Ummi Rasyid menjelaskan, per 25 Maret 2022, Duta Quran Indonesia telah menaungi 1427 pondok pesantren dan Rumah Qur’an yang tersebar di 139 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan jumlah guru 3.228 orang dan 102 ribu santri.
Sedangkan ASAR Humanity berdiri pada 1 November 2018 dan selama ini bergerak di bidang kemanusiaan dengan fokus utama di bidang pendidikan, khususnya pesantren tahfiz, emergency (kebencanaan) dan bantuan peduli dunia.
"Indikasi sukses dari program kami adalah makin bayak santri yang bergabung, jumlah guru yang lebih banyak, jumlah penghafal juga lebih banyak, juga perbaikan infrasruktur penunjang," ungkap Ustaz Ade Heru Saefulloh.
"Kita menjadi relawan di bidang pendidikan Al Quran. Indikasi majunya peradaban adalah jika pendidikannya maju dan di leading oleh pendidikan agama. Kami sangat dibantu oleh Pemerintah, dan Kementerian Agama. Misalnya, kami difasilitasi dalam pemakaian gedung milik Kemenag," imbuhnya.
*Sebagian materi artikel ini tayang di Grid.id