Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanamkan Jiwa Kritis, Logis dan Sistematis di Ajang Indonesian Fun Science Award 2022

Penelitian dan sains tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, dan tidak selalu membosankan.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Tanamkan Jiwa Kritis, Logis dan Sistematis di Ajang Indonesian Fun Science Award 2022
Istimewa
Indonesian Fun Science Award (IFSA) adalah rangkaian kegiatan yang diadakan Swiss German University (SGU) untuk menunjukkan kepada generasi muda dan masyarakat tentang betapa seru dan menyenangkannya melakukan penelitian belum lama ini. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sains dan penelitian di mata masyarakat umum identik dengan laboratorium yang membosankan, kaku, dan tidak menarik.

Namun di tangan siswa-siswi yang melakukan penelitian yang tak biasa justru menemukan hasil yang mengejutkan.

Ambil contoh, bagaimana kecepatan sejumlah generasi di dalam mengetik 1 paragraf menggunakan gadget antara X, Y, dan Z ?

Dalam kompetisi Indonesian Fun Science Award (IFSA) 4.0, dua siswa SMA Plus Pembangunan Jaya Bintaro, mengajukan paper ilmiah pada mengenai perbedaan kecepatan dalam mengetik menggunakan gadget pada generasi X, Y, dan Z.

Baca juga: Suprapto Sastro Atmojo Meraih Gelar Doktor Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Baca juga: Hadapi Transisi Zero Emisi, Institut Teknologi PLN Buat 3 Langkah Cetak SDM Bidang Tekno-Energi

Berdasarkan data, diperoleh bahwa rata-rata waktu pengetikan tercepat berdurasi 1 menit 36 detik pada generasi Z, diikuti oleh generasi Y dengan 2 menit 59 detik, dan kemudian generasi X yaitu selama 3 menit 40 detik.

Dalam penelitian ini, masing-masing 30 responden yang mewakili setiap generasi dikumpulkan untuk survey kecepatan mengetik satu paragraf berisi kalimat.

BERITA TERKAIT

Diajang IFSA 4.0, ada juga penelitian terkait lokasi belajar yang mencoba membandingkan kamar mandi dengan lokasi lain.

Apalagi ada gurauan yang sering terlempar adalah belajar di kamar mandi lebih efisien karena untuk sesuatu masuk harus ada yang keluar. Benarkah teori ini?

Tertarik dengan kepercayaan ini, 2 siswa dari SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo, Embun Kahuripan dan Allin Alya Yasmin mempelajari teori ilmiah terkait dengan proses belajar serta melakukan survey dan pengujian hasil belajar di kamar mandi dibandingkan dengan di luar kamar mandi kepada teman-teman satu sekolahnya.

Penelitian teoritis kedua siswa itu menunjukkan bahwa mood dan kenyamanan fisik mempengaruhi efisiensi otak untuk menerima informasi.

"Hasil survei kedua siswa itu menunjukkan bahwa kamar mandi dapat menjadi salah satu tempat yang membawa kenyamanan karena sepi, mudah membuat fokus, dan seringkali menjadi tempat terbitnya inspirasi," katan Allin.

Bahkan hasil uji belajar pada penelitian tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan pemahaman yang lebih baik pada grup yang belajar di dalam kamar mandi.

Rektor Swiss German University (SGU), Dr. rer. nat. Filiana Santoso mengatakan, penelitian dan sains tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, dan tidak selalu membosankan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas