Hari Tritura 10 Januari: Latar Belakang Politik Ekonomi, Isi Tuntutan, dan Dampaknya
Simak latar belakang politik-ekonomi, isi dan dampak digaungkannya Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat, terjadi demontrasi besar dan awal Orde Baru.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya.
Seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI).
Isi Tritura
Isi Tritura atau tiga tuntutan rakyat tersebut, di antaranya:
1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
2. Perombakan Kabinet Dwikora
3. Turunkan harga
Bubarkan Partai Komunis Indonesia, karena Pemerintah dianggap lambat dalam mengambil sikap terhadap PKI.
PKI dianggap terlibat dalam peristiwa G30S dan banyak tokoh komunis yang berada didalam kabinet pemerintahan.
Rombak Kabinet Dwikora, karena Pemerintah dinilai tidak bisa mengendalikan kestabilan politik, ekonomi dan sosial.
Menurut masyarakat, Presiden Soekarno lebih mementingkan perebutan Irian Barat dan urusan konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Turunkan Harga, kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah kurang tepat yang membuat kestabilan ekonomi yang semakin memburuk.
Baca juga: Sejarah Hari Gerakan Satu Juta Pohon yang Diperingati Setiap 10 Januari
Dampak Tritura
Sepanjang tahun 1966 KAMI melancarkan aksi-aksi demonstarasi dan mendapat dukungan dari masyarakat.
KAMl juga menggalang organisasi serupa di kalangan pelajar, yakni Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI).
Dukungan KAPPI ini sangat strategis, karena di samping usia mereka yang rata-rata masih sangat muda.
Kemurnian gerakan mereka juga secara psikologis mendukung secara taktis dalam menguasai jalan-jalan raya di Ibukota.
Baik KAMI maupun KAPP! dalam setiap aksinya secara diam-diam mendapat dukungan dari tentara dan senantiasa melindungi mereka dari serangan-serangan unsur-unsur yang prokomunis.
Disamping itu KAMI juga menjalin hubungan erat dengan beberapa tokoh mi liter.
Di antaranya Jenderal HR Dharsono, Kemal Idris dan Sarwo Edhi Wibowo.
Mereka adalah tokoh penting dalam pengendalian situasi dan tekanan terhadap komunis sesudah 30 September l965.
Demonstrasi terus terjadi sepanjang tanggal 10-13 Januari 1966 hingga desakan Tritura sampai ke presiden. Puncaknya pada 11 Maret 1966.
Demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran kembali terjadi di depan Istana Negara.
Lambannya respons pemerintah menjadikan tuntutan demonstrasi melebar hingga terdengar desas-desus untuk menurunkan Soekarno dari jabatan kepresidennya.
Demonstrasi ini mendapat dukungan dari tentara. Mahasiswa mengepung Istana Kepresidenan dan menuntut Tritura yang salah satunya meminta pembubaran PKI.
Tidak hanya mahasiswa yang mengepung Istana, sejumlah tentara tidak dikenal juga disebut mengelilingi Istana Kepresidenan.
Akibat desakan tersebut, pada 21 Februari 1966 Soekarno akhirnya mengumumkan reshuffle kabinet barunya.
Namun, hal ini malah kian memanaskan suasana karena masih ada beberapa tokoh berhaluan kiri di dalam tubuh kabinet tersebut.
Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik.
Keluarlah titah sakti melalui Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang menunjuk Soeharto, Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) saat itu, untuk mengendalikan keamanan dan ketertiban negara.
Soekarno juga memahami tuntutan mahasiswa.
Akhirnya disetujui penurunan harga minyak sebesar 50 persen dan mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.
Dalam situasi yang makin memanas ini terjadi insiden salah seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim tertembak.
Gugurnya Arief bagai martir dari suatu perjuangan moral, membakar semangat solidaritas mahasiswa yang lain.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)(Grid.id/Khaerunisa)