Nadiem Makarim Ungkap Penyebab Peringkat Indonesia pada PISA Meningkat
Kurikulum Merdeka mengurangi materi wajib di berbagai mata pelajaran agar guru punya waktu lebih untuk menggunakan pembelajaran yang mendalam.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil Program Penilaian Pelajar Internasional (Programme for International Student Assessment/PISA) 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik lima tingkat dibanding tahun 2018.
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan capaian ini karena sejumlah langkah yang dilakukan oleh Kemendikbudristek.
Kemendikbudristek, kata Nadiem, memberikan akses pembelajaran selama masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Kunci Jawaban IPAS Kelas 4 Halaman 16 Kurikulum Merdeka: Perkembangbiakan Tumbuhan
"Bantuan kuota internet diberikan pada lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru agar dapat mengakses materi dan melaksanakan pembelajaran secara daring,” tutur Nadiem pada konferensi pers virtual, Selasa (5/12/2023).
Faktor lain yang mendorong naiknya peringkat Indonesia pada PISA 2022, kata Nadiem, adalah pelatihan guru yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
Pelatihan tersebut melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hibrida.
"Berbagai materi pembelajaran dibuat untuk membantu guru melaksanakan pembelajaran di masa pandemi. Ini mencakup materi 'Belajar dari Rumah' di TVRI, modul asesmen diagnostik untuk mengukur literasi dan numerasi, modul pembelajaran literasi dan numerasi," jelasnya.
Selain itu, Nadiem mengungkapkan Kemendikbudristek turut menerapkan Kurikulum Darurat.
Kurikulum ini menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus pada pembelajaran yang lebih mendalam, terutama untuk penguatan literasi dan numerasi peserta didik.
"Penyederhanaan materi kurikulum efektif memitigasi learning loss. Sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat mengalami 1 bulan learning loss, dibanding 5 bulan di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh," ungkap Nadiem.
Kurikulum Merdeka mengurangi materi wajib di berbagai mata pelajaran agar guru punya waktu lebih untuk menggunakan pembelajaran yang mendalam, interaktif, dan berbasis projek.
Kurikulum Merdeka, menurut Nadiem, mendukung guru melakukan asesmen diagnostik dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tiap murid.
Buku-buku teks Kurikulum Merdeka juga memuat lebih banyak aktivitas yang dirancang mengasah daya nalar.
"Dengan demikian, pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka tidak lagi berorientasi pada penyampaian materi, tapi mengasah kompetensi dan karakter murid," pungkas Nadiem.