Kisah Pri 6 Tahun Lamanya Jadi Buzzer: Dapat Sepeda Motor hingga Kapok Dimarahi Istri
Pri mengaku selama bekerja sebagai buzzer media sosial, dia sempat mendapatkan satu unit motor sebagai bayaran di Pilkada Jakarta 2017.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
Dia menjelaskan, pekerjaan menjadi buzzer cukup menyenangkan. Bermodal paket data, rajin online dan hanya bertugas untuk menyebarkan konten adalah hal yang mudah dilakukan.
Terlebih, pekerjaan tersebut dibayar dan bisa bekerja di mana saja tanpa perlu masuk ke kantor.
Kepada Tribun Network, ia merasa rindu dengan kerja seperti itu.
"Kangen sih. Banyak hal yang seru dan lucu juga," ujarnya.
Dia menceritakan, banyak masyarakat yang tidak mengerti bahwa sesama buzzer terkadang merupakan teman dekat dan saling mengenal.
Buzzer yang saling menjelekkan di media sosial berada dalam satu meja yang sama. Bahkan sempat diskusi sebelum mengunggah pernyataan.
"Iya sering malah. Saya kubu A, dia kubu B, nah kita saling serang di Medsos, tapi nyatanya kita lagi ngopi. Malah, pernah sampai 'eh, gue mau ngomong gini, nanti lo timpalin ya' jadi seru gitu. Orang-orang kan tidak tahu," ujarnya seraya tertawa kecil.
Dalam sehari, Pri bisa men-tweet hingga ratusan dan memiliki 60 akun yang berbeda.
Dia membawahi puluhan akun yang bertugas untuk memproduksi meme, video dan caption foto untuk disebarkan.
Perpindahan para buzzer dari satu pasangan calon ke pasangan calon lainnya merupakan hal yang biasa baginya.
Ia pun mengaku sering berpindah sesuai dengan permintaan atasannya.
"Ada yang masih di kubu yang sama, ada yang beda. Itu biasa," jelasnya.
Baca: Isak Tangis Keluarga saat Jenazah Tyas Korban Bunuh Diri di Transmart Lampung Tiba di Rumah Duka
Hal tersebut, bukan berarti tanpa konsekuensi. Buzzer-buzzer yang secara ideologis, akan menjauh darinya apabila berbeda dukungan, meski sebelumnya mereka berteman.
Blokir nomor telepon adalah hal yang sangat lumrah dirasakan olehnya.