LSI Denny JA Sebut Pertarungan Sudah Selesai, Jokowi-Ma’ruf Terus Unggul di Atas 20%
Sebab, selisih capres 01 dan capres 02 masih terpaut jauh, sementara pemungutan suara tinggal sebulan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru mereka, terkait elektabilitas capres-cawapres, satu bulan menjelang Pilpres 2019.
Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa mengatakan, elektabilitas kandidat nomor urut 01 Jokowi-Maruf Amin masih unggul dibandingkan kandidat nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Jokowi-Maruf Amin sebesar 58,7 persen, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 30,9 persen, suara tidak sah 0,5 persen, dan belum menentukan pilihan 9,9 persen.
Lantaran pakai model surat suara, maka ada asumsi surat suara yang tidak sah.
"Jokowi-Amin masih unggul dari Prabowo-Sandi dengan selisih tetap sekitar 20 persen, tapi masih ada sisa waktu 40 hari," kata Ardian Sopa di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (5/3/2019).
Baca: Survei LSI: Jokowi-Maruf Unggul di NU, Prabowo-Sandi Unggul di Muhammadiyah, PA 212 dan FPI
Ardian Sopa juga menyebut, temuan survei ini sebenarnya sudah bisa menggambarkan hasil Pemilu Pilpres 2019 sebenarnya pada 17 April nanti.
Sebab, selisih capres 01 dan capres 02 masih terpaut jauh, sementara pemungutan suara tinggal sebulan.
"Kalau dilihat dari tren ini, pertarungan sudah selesai. Kalau dari lihat tren, tetapi namanya politik itu bisa berubah," jelas Ardian Sopa.
Survei terbaru itu digelar pada 18-25 Februari 2019, terhadap 1.200 responden yang dipilih dengan multistage random sampling, menggunakan metode surat suara.
Metode pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara tatap muka. Margin of error survei ini 2,9 persen.
Sebelumnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak peduli dengan hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, terkait elektabilitas calon presiden dan wakil presiden.
LSI Denny JA mengukur elektabilitas pasangan Joko Widodo-Maruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pasca-debat pertama Pilpres 2019 pada 17 Januari 2019.
Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Maruf 54,8 persen, dan elektabilitas Prabowo-Sandi 31 persen.
Wakil Ketua BPN Priyo Budi Santoso menyebut, pihaknya tak akan menggunakan hasil survei LSI maupun lembaga lain sebagai bahan evaluasi.
Ia menganggap, lembaga survei yang ada saat ini sudah terpetakan arah dukungannya ke pasangan calon tertentu.
"Sama sekali kalau evaluasi kami enggak mendengar dari hasil survei yang diumumkan secara sepihak," kata Priyo Budi Santoso saat ditemui di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/1/2019).
"Harus saya sampaikan bahwa hasil semua lembaga survei sudah terpetakan, saya mohon maaf," sambungnya.
Ia tak terkejut dengan hasil survei yang dirilis LSI Denny JA. Namun, dirinya tetap menghargai hasil survei itu.
Priyo Budi Santoso mengaku telah menyampaikan ke timses Prabowo-Sandiaga hingga ke tingkatan terendah, agar tidak terpengaruh hasil survei seluruh lembaga.
Ia yakin, timses di seluruh tingkatan tidak akan terpengaruh meskipun hasil survei dilakukan secara terus- menerus.
"Sampai sehari diumumkan (hasil survei) 10 kali enggak apa-apa, silakan, kami tidak terpengaruh. Kita baca aja dengan senyuman," ucapnya.
Menurut Priyo Budi Santoso, BPN punya lembaga internal yang juga rutin melakukan survei.
Berdasar hasil survei internal BPN, pasca-debat pertama, terdapat peningkatan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi.
Peningkatan itu diklaim terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, mengungguli pasangan Jokowi-Maruf Amin.
"Alhamdulillah kami unggul di Jabar, Banten, DKI dan DIY. Jateng kami masih di bawah sedikit, Jatim seimbang, itu posisi Jawa. Sumatera Insyaallah kami unggul kecuali Lampung dan zona lain," klaim Priyo Budi Santoso.
Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, menilai saat ini banyak hasil survei tidak akurat.
Fadli Zon juga menganggap pemberi dana lembaga survei tidak jelas dan banyak tidak diketahui publik.
"Survei-survei ini kan hanya indikator, dan saya sering kali mengatakan sekarang ini banyak sekali survei-survei itu sudah tidak akurat lagi," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
"Metodologi yang dipakai itu mungkin juga perlu dievaluasi, apalagi di era media sosial ketika masyarakat itu mempunyai banyak sekali informasi yang langsung," sambungnya.
Wakil Ketua DPR itu mengulas kegagalan lembaga survei saat Pilkada Jawa Barat 2018. Saat itu banyak survei memberikan hasil untuk pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di kisaran 6 persen. Namun, hasil resmi KPU menunjukkan perolehan suara mereka melebihi 29 persen.
"Jadi, harusnya mereka malu ya lembaga-lembaga survei ini, karena mereka gagal-gagal terus. Kalau di luar negeri sudah membubarkan diri," tuturnya.
Di sisi lain, dari survei internal BPN, Fadli Zon menegaskan bahwa jurang elektabilitas Prabowo Subianto dan Jokowi sudah menipis. Bahkan, Fadli Zon meyakini pada Januari ini elektabilitas pasangan 02 bisa melampaui petahana.
"Jangankan tiga bulan, bulan ini juga sudah pasti terkejar. Maret akan semakin solid dan semakin kompak. Saya kira ini akan memperkuat kemenangan Pak Prabowo-Sandi," paparnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya. Berdasarkan hasil survei, elektabilitas Jokowi-Maruf Amin sebesar 54,9 persen, sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 34,8 persen. (Fransiskus Adhiyuda)