Kubu Prabowo: Survei Litbang Kompas Menunjukkan Masyarakat Menginginkan Perubahan
Tren pertama menurut Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN itu yakni, sebagaian besar masyarakat tidak mau memilih lagi Jokowi.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandi, Dradjad Wibowo menila bahwa survei Litbang Kompas terbaru menangkap dua tren utama pilihan politik rakyat.
Dalam survei terbarunya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf hanya berbeda 11,8 persen dari Prabowo-Sandiaga. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 49,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Sementara 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
Tren pertama menurut Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN itu yakni, sebagaian besar masyarakat tidak mau memilih lagi Jokowi.
Baca: Urusan Jual Pemain, Real Madrid Bakal Bersikap Pelit di Bursa Transfer
"Itu terlihat dari elektabilitas pasangan 01 yang di bawah 50%," kata Dradjad kepada Tribunnews, Rabu, (20/3/2019).
Tren kedua menurutnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf terus menurun menjelangpemungutan suara. Sebaliknya tingkat keterpilihan Prabowo-Sandi terus meningkat. Ia mengatakan hasil survei Litbang Kompas itu senada dengan hasil survei Polmark bekerjasama dengan partainya beberapa waktu lalu.
"Survei yang dilakukan oleh Polmark dan PAN, dengan responden lebih dari 32500 di 73 Dapil. Kedua, survei yang dilakukan oleh Parpol pendukung Prabowo-Sandi yang lain. Dalam survei mereka, selisih elektabilitas antara 01 vs 02 malah hanya sekitar 5%," katanya.
Kesimpulannya menurut Dradjad,mayoritas masyarakat Indonesia menginginkan adanya perubahan. Oleh karena itu BPN Prabowo-Sandi harus memaksimalkan kampanye sehingga mereka yang menginginkan perubahan menjatuhkan pilihannya kepada Prabowo-Sandi.
Terutama menurut Dradjad kampanye kepada mereka kelompok pemilih yang selama ini belum menjatuhkan pilihanya kepada pasangan calon manapun (Swing voters).
"Peluang untuk merebut suara mereka sangat besar. Karena, berdasarkan kluyuran saya ke berbagai daerah, mereka umumnya pemilih berpendidikan dan berorientasi program. Mereka belum memilih 02 karena termakan fitnah. Baik fitnah tentang Prabowo pribadi, maupun fitnah tentang ekstremisme. Saya optimis fitnah tersebut bisa kami sanggah dengan mudah, jelas dan meyakinkan," pungkasnya.