Peneliti LIPI: Tak Perlu Jokowi Utus Luhut Bertemu Prabowo
Menurut dia, Prabowo akan menunjukkan jiwa ksatria dan kenegarawannya untuk menerima apa pun hasil yang akan diumumkan KPU nantinya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego berpendapat tidak perlu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutus Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bertemu dengan capres Prabowo Subianto.
Indria Samego yakin semua hal yang seakan berselisih pasca pilpres 2019, akan selesai ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pemungutan suara pada medio Mei mendatang.
"Sebetulnya biarkan saja. Secara alamiah, pikiran emosional akan digantikan yang rasional. Setelah prosesnya pada aturan yang berlaku," ujar Indria Samego kepada Tribunnews.com, Senin (22/4/2019).
Menurut dia, Prabowo akan menunjukkan jiwa ksatria dan kenegarawannya untuk menerima apa pun hasil yang akan diumumkan KPU nantinya.
Luhut menjadi orang yang diutus Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bertemu dengan capres Prabowo Subianto.
Luhut mengaku belum sempat bertemu dengan Prabowo, tetapi sudah berbicara cukup panjang melalui sambungan telepon secara langsung.
"Bicara baik-baik, ketawa-ketawa, ya kita janjian mau ketemu. Hari minggu kemarin tapi kemudian ada masalah teknis beliau agak sakit flu, kita reschedule. Nanti saya telepon lagi (atur jadwal), kami kan bisa telepon-teleponan," ujar Luhut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Baca: Demokrat: Jokowi Utus Luhut Untuk Buka Pintu Komunikasi Dengan Prabowo
Luhut menjelaskan, pembicaraan dengan Prabowo diwarnai dengan canda tawa dan sedikit bercerita masa lalu, sewaktu masih menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) aktif.
Ia menilai, Prabowo merupakan orang baik dan memiliki pemikiran yang rasional dalam melihat suatu persoalan.
"Pak Prabowo kan orang baik, jadi saya hanya titip saja sebenarnya mau bilang ya jangan terlalu didengerin lah kalau pikiran-pikiran yang terlalu gak jelas basisnya. Karena pak Prabowo orang rasional juga," ujar Luhut.
"Bagaimana pun Pak Prabowo itu harus menjadi bagian sejarah Republik Indonesia, karena pak Prabowo itu seorang pemimpin juga. Beliau itu aset bangsa, beliau itu patriot juga, patriotisme enggak bisa dipungkiri, kepedulian pada Republik ini enggak bisa dipungkiri, jadi sebenarnya saya hanya melakukan itu saja," sambung Luhut.
Pilpres 2019 telah selesai dilaksanakan. Beberapa lembaga telah mengumumkan hasil hitung cepat atau quick count. Hasil hitung cepat dari beberapa lembaga, pasangan Jokowi- Ma'ruf Amin lebih unggul dibanding Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.
Namun, hasil hitung cepat tidak bisa menjadi acuan kemenangan calon dalam Pilpres 2019. Masih harus menunggu hasil resmi dari penghitungan secara manual yang dilakukan oleh KPU.
Ketua KPU Arief Budiman menegaskan hasil hitung cepat (quick count) Pilpres 2019 hanya dijadikan sebuah referensi. Bukan sebagai hasil final. Karena itu ia meminta semua pihak khususnya masyarakat menunggu hasil resmi perhitungan suara yang akan diumumkan KPU pada 22 Mei 2019 mendatang.(*)