Asal Usul, Perkembangan Terkini, dan Respons Seknas Prabowo-Sandi Soal Temuan Form C1 di Menteng
Temuan ribuan formulir C1 yang meneyeret nama M Taufik di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, ternyata berawal dari operasi pengejaran teroris di Bekasi
Penulis: Adi Suhendi
Sebab, secara prinsip formulir C1 sejatinya juga diumumkan di setiap TPS untuk diketahui secara bersama.
"Karena prinsip dokumen ini juga diumumkan di TPS, sebenarnya orang lain juga bisa tahu dan mendokumentasikan," ujar dia.
Respons KPU
Komisioner KPU RI Wahyu Setiawan menjelaskan Sistem Informasi Penghitungan (Situng) selain punya fungsi transparansi informasi hasil Pemilu, juga bermanfaat untuk rujukan bila ditemukan dokumen formulir C1 janggal.
Menurut Wahyu selain penginputan form C1 ke Situng lewat angka-angka dan kemudian ditampilkan dalam grafik, Situng juga menyematkan hasil pemindaian form C1 di setiap TPS yang bisa diunduh.
Katanya, penyelenggara Pemilu, bahkan masyarakat pun bisa dengan mudah mengetahui apakah form C1 yang diamankan itu adalah asli atau palsu.
Cara pembuktiannya, mereka tinggal menyandingkan antara scan formulir C1 yang ada di Situng, dengan C1 janggal asal Boyolali tersebut.
Bila terdapat perbedaan hasil antara keduanya, maka bisa dipastikan ribuan C1 yang diamankan itu merupakan C1 palsu.
"Terkait dengan fenomena ditemukannya C1 Boyolali yang diduga janggal, akan sangat mudah pembuktiannya. Tinggal disandingkan antara C1 yang tertera dalam situng dengan C1 janggal," jelas Wahyu saat dikonfirmasi, Selasa (7/5/2019)..
"Bila terdapat perbedaan, maka dapat disimpulkan bahwa C1 janggal tersebut adalah palsu," tambahnya.
Ketua Seknas Prabowo-Sandi membantah
Ketua Seknas Prabowo-Sandi, M Taufik membantah terlibat atas temuan ribuan formulir C1 di Menteng, Jakarta Pusat tersebut.
Taufik mengatakan, Seknas tidak pernah mengumpulkan atau mengirimkan C1.
Taufik menjelaskan saat penemuan ribuan form C1, Sabtu (4/5/2019) dirinya sedang berada di kantor Seknas Prabowo-Sandi di Menteng.
Taufik pun menjelaskan perbedaan yang ada dalam surat khususnya pada kop surat Seknas.
Taufik kepada awak media, sempat menunjukan contoh kop surat resmi dari Seknas Prabowo-Sandi.
"Karena itu, saya mengatakan berita itu tidak betul. Jadi berita itu sama sekali tidak betul," tutur Taufik di kantor Seknas, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).
Taufik telah meminta koordinator bidang advokasi Seknas, Yupen Hadi, untuk berkomunikasi dengan pihak Bawaslu.
Taufik juga mempertanyakan kewenangan polisi mengamankan pihak yang membawa C1.
"Apa kewenangannya tangkap orang bawa C1. Ini logika sederhana. C1 dibawa dari tim sukses misalkan, mau dikirim ke suatu tempat. Di sini ada C1 DKI. Orang bawa C1 DKI dari kelurahan ke sini. Terus ketemu polisi di jalan, ditangkap. Urusannya apa," kata Taufik.
Taufik juga mempertanyakan pihak Bawaslu yang terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa temuan C1 itu palsu. Karena diperlukan verifikasi ke saksi-saksi di Boyolali.
"Kok tiba-tiba dinyatakan bahwa C1 itu palsu. Kapan dia konfirmasinya ke Boyolali? Kayak Jinny oh Jinny gitu. Kan' kalau palsu, tanda tangan saksinya harus di konfirmasi pada saksi-saksi yang benar di sana," imbuh Taufik.
Taufik menduga ada skenario yang ingin menjatuhkan kubu pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Taufik pun membantah hendak melakukan kecurangan.
Baca: Menteri Agama Lukman Hakim Bungkam Soal Temuan Uang di Ruang Kerjanya
"Jadi saya kira, kalau mau ngibul harus pakai tata krama ngibul gitu loh. Ya kan' ini, Anda bayangkan enggak dinyatakan palsu dengan secepat itu, saya kira sudah tidak model lah," kata Taufik.
Sementara, Ketua Tim Advokasi Seknas Prabowo-Sandi Yupen Hadi mengatakan pihaknya melakukan konfirmasi atas peristiwa tersebut kepada Bawaslu.
"Kita tanya-tanya seperti apa sebetulnya kronologi kejadian," ujar Yupen di kantor Seknas, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).
Yupen menerangkan, kejadian bermula dari seseorang yang memesan taksi online.
Orang itu, memasukan dua dus diduga berisikan form C1 palsu.
"Gambarannya kaya gini, ada orang pesan kendaraan online, masukin ke dalam mobil dua dus. Tidak lama jalan dari sini di Jalan Besuki, kemudian ditangkap oleh razia polisi," tutur Yupen.
Yupen menuturkan, penemuan form C1 ditemukan oleh aparat kepolisian Polres Jakarta Pusat yang sedang melakukan operasi lalu lintas sekira pukul 10.30 WIB.
"Jadi benar itu ada penangkapan dari polisi. Polisi kemudian lihat dari mobil itu. Oh ternyata ada form C1. Begitu dilihat ada form C1, mungkin polisinya langsung mikir, wah ini palsu ini. Ini form palsu," tutur Yupen.
Orang yang memesan taksi online dengan tipe Daihatsu Sigra dari Seknas Prabowo-Sandi Menteng menuju ke Kertanegara.
Di dalam mobil tersebut berisi dua dus C1.
Mobil diberhentikan karena adanya razia polisi. Polisi lantas membuka mobil dan menemukan dua dus berisi ribuan form C1.
Yupen mempertanyakan mengapa polisi bisa memeriksa kerdus di dalam mobil dan mencurigainya sebagai form C1 palsu.
"Kita khawatir sedang diskenariokan. Ada surat yang ditandatangani Pak Taufik ke Pak Toto seakan-akan ada kongkalikong. Lagi pula bagaimana polisi bisa menangkap? Razia kenapa periksa mobil? Kenapa nggak surat-surat sah? Ketika lihat C1 memangnya ada yang salah?" tutur Yupen.
Yupen menilai ada upaya untuk menjebak dan mendiskreditkan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, terutama Ketua Seknas Prabowo-Sandi Mohammad Taufik.
Karena itu, dia berharap agar Bawaslu melibatkan perwakilan BPN dalam proses pemeriksaan atau investigasi kasus ini. (kompas.com/ tribunnews.com/ danang/ fahdi/ dennis)