Imbas Kerusuhan 22 Mei, Pasar Tanah Abang Ditaksir Merugi Hingga Rp 200 Miliar
Imbas kerusuhan 22 Mei 2019, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat tak beroperasi dan mengalami kerugian hingga mencapai Rp 200 miliar.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Massa membakar sampah dan kayu di sekitar kawasan Blok A. Mereka juga menyerang aparat kepolisian menggunakan bambu, botol kaca dan batu.
Baca: Asal Usul Tempat Dimakamkannya Ustaz Arifin Ilham: Di Tanah Ini Nanti Abi Akan Dimakamkan
Polisi memukul mundur para perusuh dengan melontarkan gas air mata.
Lontaran gas air mata polisi dibalas dengan tembakan dari petasan yang diarahkan ke barisan polisi.
Kawasan Pasar Tanah Abang sama sekali tak bisa dilewati oleh kendaraan lantaran situasi yang cukup mencekam.
Beroperasi hari ini
Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan Pasar Tanah Abang, akan kembali beroperasi penuh, Jumat (24/5/2019) besok.
Pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara tersebut tutup akibat ada aksi 22 Mei 2019.
"Besok Pasar Tanah Abang seluruhnya buka," kata Arief Nasrudin di Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (23/5/2019) malam.
Baca: Gugatan Polisi Gay yang Dipecat Polda Jateng Ditolak Majelis Hakim PTUN Semarang
Langkah ini menyusul pembahasan koordinasi antara PD Pasar Jaya, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan, Kapolsek Tanah Abang AKBP Lukman Cahyono, serta tokoh-tokoh pedagang di masing-masing zona.
Hal ini juga dalam rangka menghidupkan kembali rutinitas jual-beli di Pasar Tanah Abang pascabentrok dua hari kemarin.
"Semuanya ingin memastikan Tanah Abang ini tidak ada isu-isu yang membuat tempat ini menjadi tempat yang kemudian rawan," ujar dia.
Baca: Sukses Juara di Qatar bersama Xavi, Eks Asisten Luis Milla Dikabarkan Kembali ke Timnas Indonesia
Apalagi, pelanggan Pasar Tanah Abang bukan saja berasal dari domestik, melainkan juga kawasan Asia, Eropa dan Afrika.
Maka dari itu, kegiatan jual-beli di pusat grosir tekstil terbesar se-Asia Tenggara ini tidak boleh terlalu lama terhenti.
"Pelanggan kita nggak cuma datang dari Asia, tapi Eropa dan juga Afrika. Jadi cukup banyak, jadi nggak boleh ini terlalu lama," jelas Arief.