Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Properti Beberkan Strategi Ekspansi Bisnis dan Membidik Untung di Kota Mandiri

Sektor pusat belanja (ritel) masih mengandalkan bisnis makanan atau food and beverage (F&B) untuk memikat pengunjung, ditambah fashion dan groseri.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pengamat Properti Beberkan Strategi Ekspansi Bisnis dan Membidik Untung di Kota Mandiri
Istimewa
Salah satu sudut kawasan komersial di Gading Serpong, Tangerang Banten. Pengamat properti dan CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengatakan, membuka usaha di pusat bisnis kota baru yang banyak penghuni, khususnya untuk sektor kuliner menjadi kesempatan meraup cuan (IST) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor pusat belanja (ritel) masih mengandalkan bisnis makanan atau food and beverage (F&B) untuk memikat pengunjung, ditambah fashion dan groseri.

Ini terjadi merata, baik toko di dalam mal maupun retailer yang selama ini membuka toko di luar mal atau stand alone seperti shophouses atau ruko.

Pengamat properti dan CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengatakan, membuka usaha di pusat bisnis kota baru yang banyak penghuni, khususnya untuk sektor kuliner menjadi kesempatan meraup cuan.

Baca juga: Strategi LPCK Kelola Sampah Berkelanjutan dalam Kawasan Kota Mandiri

Apalagi kawasan itu ada puluhan ribu warga dan ribuan pekerja kantoran, merupakan target pasar yang sangat menggiurkan.

"Ditambah infrastruktur yang terus dibangun yang membuat aksesibilitas kawasan ini mudah ditempuh dari seluruh wilayah Jabodetabek," kata Ali saat peluncuran ruko Hampton Square di Tangerang, beberapa waktu lalu.

Dikatakannnya, rasio ruang komersial di Singapura sebesar 1 banding 1 sementara di Indonesia secara rata-rata 0,48 banding 1 sehingga artinya kita masih butuh commercial space yang tinggi.

Berita Rekomendasi

Ali lantas mencontohkan wilayah Gading Serpong, Tangerang yang kebutuhan luas ruang bersih untuk satu jiwa adalah 9,58 m2 dan demand-nya cukup besar dibandingkan populasinya.

Massifnya pembangunan hunian menjadikan pengembangan Gading Serpong masuk ke next level dan sudah pasti perlu menciptakan community area.

Kota baru dengan segudang fasilitas dan konsep keberlanjutan dinilai Ali memiliki prospek bagus karena developernya terus membangun klaster-klaster perumahan sehingga kebutuhan ruang usaha dan kantor akan terus bertambah.

“Cari ruko yang terletak di boulevard utama karena potensi konsumen komplek ruko itu akan lebih banyak lagi dari warga melintasi jalan utama tersebut. Ritel semakin macet dan padat lalu lintasnya akan semakin dicari. Kalau tidak macet, tanda tanya tuh, jangan dibeli,” ujarnya.

Baca juga: Ini Strategi LPKR Mengelola Air Secara Berkelanjutan di Kota Mandiri

Hemat Ali, jika tabungan belum cukup membeli atau menyewa ruko di kota mandiri yang sudah mature, maka ruang usaha di kota mandiri yang baru saja dikembangkan boleh jadi alternatif lantaran harganya lebih terjangkau.

Area-area tersebut dinilai sebagai wilayah yang akan selalu menjadi sunrise. Karena faktor sunrise itu properti di suatu kawasan punya daya tarik kuat kendati saat itu kondisinya belum sekinclong township pendahulunya.

Saat ini Gading Serpong, Tangerang, Banten, menjadi pusat pertumbuhan baru di barat Jakarta yang terus digelontor produk shophouses atau ruang usaha baru. Pengembangannya tidak terbatas selaju dengan pasarnya sangat luas.

“Prospeknya sangat menjanjikan karena shophouses dibangun di kawasan dengan potensi pasar massif karena ada sekitar 20.000 KK atau sekitar 100 ribu warga, ” kata M Nawawi, Presiden Direktur Paramount Land.

Pembangunan shophouses itu untuk meladeni kebutuhan ruang usaha di Gading Serpong yang berkembang pesat sejak dibukanya akses tol langsung ke township ini, ditambah sejumlah jalan baru yang menghubungkan kawasan dengan beberapa kota mandiri di sekitarnya, termasuk BSD City.

Kini di dalam kawasan terdapat gedung perkantoran, mal, kampus-kampus, hotel-hotel, rumah sakit, dan sejumlah proyek apartemen.

Nawawi menyebutkan, besarnya potensi usaha di Gading Serpong dapat dilihat dari area komersial yang seluruhnya hidup. Potensi tersebut akan semakin besar apabila sejumlah klaster baru yang saat ini sedang dibangun sudah selesai dan dihuni.

Klaster-klaster itu seluruhnya untuk kalangan menengah atas dan premium yang dikembangkan oleh pengembang Paramount Lan dan Summarecon.

“Lalu-lalang warga di luar Gading Serpong yang tiap hari beraktifitas di sini termasuk pebisnis, karyawan dan lain sebagainya juga menjadi pasar potensial. Dalam kesehariannya mereka pasti memerlukan kebutuhan gaya hidup meski hanya sekadar makan dan kongkow,” jelasnya.

Ia mencontohkan pusat kuliner G Town Square, di sudut Jalan Gading Serpong Boulevard yang menjadi area food street terdapat 35 pelaku usaha UMKM kuliner yang mengisi stan makanan.

Menunya, mulai dari tradisional, orieantal, Barat dan food milenial. Sejauh ini sudah tersewa sekitar 90 persen.

“Lokasinya sangat strategis, yakni gedung eks Giant Mall. Mengingat yang ditawarkan adalah pusat kuliner dengan konsep F&B (food and baverages), retail dan entertainment, dipastikan bakal banyak diminati warga Gading Serpong dan sekitarnya,” ungkap Nawawi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas