Ngabuburit di Lembah UGM Tetap Ramai Meski Sempat Dilarang
Di Yogyakarta banyak tempat yang menjadi ajang ngabuburit favorit masyarakat. Salah satunya adalah kawasan lembah UGM.
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Ngabuburit atau mencari jajanan buka puasa sambil menunggu azan maghrib berkumandang sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia terutama di bulan ramadan.
Di Yogyakarta banyak tempat yang menjadi ajang ngabuburit favorit masyarakat. Salah satunya adalah kawasan lembah UGM yang berada di Jl Olahraga dan Jl Notonegoro kawasan UGM Yogyakarta.
Begitu juga yang terlihat di hari pertama ramadan 2016, Senin (6/6/2016). Sejak pukul 15.00 WIB lapak-lapak makanan milik para pedagang terlihat mulai dijejer oleh pemiliknya.
Sempat diguyur hujan cukup deras namun antusiasme masyarakat yang ingin menunggu buka di sana tetap besar, banyak masyarakat yang tetap wira-wiri mencari jajanan walaupun harus menggunakan payung.
Kawasan lembah UGM yang berada di Jl Olahraga dan Jl Notonegoro kawasan UGM Yogyakarta salah satu tempat favorit untuk ngabuburit.
Beragam jajanan mulai dari es buah, es tebu, sup durian, lupis, cenil, cireng, sosis bakar, jajan pasar hingga makanan berat seperti bakso tersedia di sana.
Penjualnya tidak sepenuhnya adalah penjual makanan karena ada juga mahasiswa yang ikut berjualan guna mendapatkan tambahan uang jajan atau sekadar mengisi waktu di bulan ramadhan.
Padahal sebelumnya pasar tiban ngabuburit lembah UGM tersebut hampir tidak terlaksana akibat adanya larangan dari pihak UGM yang meminta pedagang berjualan di Jl Lingkar Timur, hingga sejumlah PKL kemudian mengadukan masalah ini ke LBH Yogyakarta.
Kawasan lembah UGM yang berada di Jl Olahraga dan Jl Notonegoro kawasan UGM Yogyakarta salah satu tempat favorit untuk ngabuburit.
Namun di tengah ancaman larangan nyatanya para pedagang makanan tetap nekat berjualan di tempat yang sudah bertahun-tahun menjadi ajang ngabuburit tersebut.
"Ya ini sudah tempat kami berjualan sejak lama, kalau dipindah kita juga susah. Di sana (Jl Lingkar Timur) sepi nggak kaya di sini," cerita salah seorang pedagang, Kusni.
Di sini dia mengakui jualannya selalu laris, es buah yang dibawanya biasanya sudah hampir ludes menjelang maghrib.
"Tapi cuaca juga, kalau hujan begini pastinya nggak segitu habisnya," ujarnya.
Dia berharap UGM mampu memahami keinginan para pedagang dan jangan hanya karena alasan ketertiban memindahkan mereka begitu saja.
Bagi anda yang hendak menghabiskan sore di tempat tersebut disarankan datang sebelum jam 17.00 WIB, karena selepas jam tersebut dipastikan kendaraan anda akan tersendat dengan ramainya masyarakat.