Penjelasan Kenapa Durasi Puasa di Seluruh Dunia Berbeda-beda
Mereka melaksanakannya dengan menahan hawa nafsu, termasuk lapar dan haus, sejak matahari terbit hingga terbenam.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Pada bulan Ramadhan, seluruh umat muslim di dunia melaksanakan ibadah puasa.
Mereka melaksanakannya dengan menahan hawa nafsu, termasuk lapar dan haus, sejak matahari terbit hingga terbenam.
Di Indonesia, puasa berkisar antara 13-14 jam sejak azan subuh berkumandang hingga azan maghrib.
Baca: Jadwal Buka Puasa Rabu 8 Mei di Jakarta dan 33 Kota Lain di Indonesia, Lengkap dengan Doa
Namun, lain ceritanya dengan negara-negara di belahan dunia lain. Seperti dilaporkan oleh Kompas.com pada Senin (6/5/2019), Kota Murmansk di Rusia menjadi tempat dengan durasi puasa terpanjang pada Ramadhan 1440 H di tahun 2019 bertepatan dengan bulan Mei 2019 ini.
Kota tersebut hanya mengalami malam sekitar tiga jam hingga matahari terbit pada pukul 01.41. Alhasil, masyarakat muslim di Murmansk harus berpuasa selama 20 jam 45 menit.
Baca: Opick Dapat Amanah Bawa Helai Rambut Nabi Muhammad, Sang Istri: Satukan Indonesia yang Berselisih
Baca: Terkuak! Foto yang Diunggah Nia Ramadhani dan Membuat Heboh Publik, Diungkap Oleh Bubah Alfian
Sementara itu, tempat dengan durasi puasa tersingkat di dunia untuk tahun ini adalah Ushuaia di Argentinya yang hanya 11 jam, mulai pukul 06.57 sampai 17.57.
Perbedaan waktu puasa ini disebabkan oleh kedudukan matahari yang berbeda-beda mengikuti gerak semu tahunannya.
Astronom amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa secara astronomis, puasa dimulai pada saat cahaya fajar (fajar astronomis) mulai muncul di kaki langit timur, dan berakhir manakala Matahari tepat terbenam sempurna, yakni tatkala piringan teratas Matahari tepat meninggalkan garis kaki langit barat (garis horizon semu).
Namun, kedudukan Matahari ini berbeda-beda seiring gerak semu tahunannya, yang menyebabkan durasi puasa di negara-negara dunia juga menjadi berbeda seiring perbedaan kedudukan garis lintangnya.
Perbedaan ini mungkin tak akan terlalu terasa di kawasan tropis, seperti Indonesia, karena kedudukan Matahari yang mengalami gerak semu tahunan di antara garis balik utara (lintang 23,5 LU) hingga garis balik selatan (lintang 23,5 LS).
Namun di kawasan subtropis, Marufin berkata bahwa durasi puasa akan sangat berbeda seiring peningkatan nilai garis lintang.
“Durasi puasa terpanjang bagi kawasan subtropis terjadi pada puncak musim panas, di mana bagi belahan Bumi utara, semakin mendekat ke arah kutub utara, maka durasi puasa akan semakin panjang.
Hal yang sama berlaku pula bagi belahan Bumi selatan,” ujarnya melalui pesan yang diterima Kompas.com, Rabu (8/5/2019).
“Sebaliknya durasi puasa terpendek terjadi pada puncak musim dingin, di mana bagi belahan Bumi utara, semakin mendekat ke arah kutub utara, maka durasi puasa akan semakin pendek. Hal yang sama berlaku pula bagi belahan Bumi selatan,” imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ada yang 20 Jam, Kenapa Durasi Puasa di Seluruh Dunia Beda-beda?
Baca: Tidak Memiliki Uang untuk Kebutuhan Hidup, Remaja Berusia 18 Tahun Curi Motor
Baca: Keterangan Ketua YKUS dan Audit Rekening Yayasan Jadi Alat Bukti Penetapan Tersangka Bachtiar Nasir
Baca: Ani Hasibuan Bandingkan Beban Kerja KPPS dengan Dokter, Adian Napitupulu: Bicaralah sebagai Dokter
Baca: Beberapa Peraturan Baru FIFA Tak Akan Diterapkan di Liga 1 2019
Baca: Jorge Lorenzo Diharapkan Perbaiki Performa dan Kembali Temukan Kecepatannya di MotoGP Prancis 2019
Baca: Im Siu dan Yun Seo Bin Resmi Tinggalkan Produce X 101, Ini Alasannya