Contoh Naskah Khutbah Idul Fitri 1441 H untuk Shalat Id di Rumah
Inilah contoh naskah khutbah Idul Fitri 1441 H saat pelaksanaan shalat Id di rumah bagi yang berkemampuan untuk khutbah.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan latihan menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan dan minum serta hubungan biologis.
Pahala puasa tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan iman dan ihtisab kepada Allah, serta penuh instrospeksi diri atau tidak.
Bukti lebih jauh, pahala puasa tidak tergantung pada seberapa jauh kita lapar dan haus adalah disunatkannya berbuka puasa sesegera mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil.
Jadi semakin cepat kita berbuka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan seakhir mungkin, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula pahalanya.
Dan Nabi Muhammad SAW tetap menganjurkan kita sahur, meskipun tidak ada nafsu makan karena merasa kenyang, karena menurut beliau dalam sahur ada berkah.
Hal ini semua menunjukkan, Allah tidak menghendaki kita tersiksa, tetapi Allah menghendaki kita melatih menahan diri dari godaan-godaan yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan.
Maka pahala ibadah puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda.
Sebab satu kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri.
Dalam Al-Quran banyak disebutkan, di antara kelemahan manusia ialah pandangannya yang pendek, Allah berfirman:
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ(20)وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ(21)
Artinya: Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat”(QS. Al-Qiyamah:20-21)
Karena kita gampang tergoda, menganggap sesuatu yang sepintas lalu adalah menyenangkan dan menarik, kemudian kita ambil, padahal nanti di belakang hari akan membawa malapetaka.
Dosa tidak lain adalah demikian itu, sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenangan, tetapi dalam jangka panjang membawa kehancuran.
Ini karena efek kelemahan manusia yang tidak sanggup melihat akibat perbuatannya dalam jangka panjang, lebih tertarik pada akibat-akibat jangka pendek.
Ingin kaya tetapi harus cepat, maka jalan pintas pun diambil, korupsi, mencuri, menipu, berjudi dan sebagainya.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kita lahir dalam fitrah berarti kita hidup dalam kesucian. Akan tetapi karena kelemahan kita itu mudah tergoda, sehingga sedikit demi sedikit diri kita menumpuk debu-debu dosa dan menutup hati kita sehingga menjadi gelap.
Padahal semula, hati kita itu terang sehingga mampu memantulkan sinar kebaikan. Itulah sebabnya hati kita itu disebut nurani yang berarti cahaya.
Tapi lama-kelamaan menjadi gelap karena selalu dikotori dengan debu-debu dosa, sehingga menjadi zhulmani yang berasal dari zhulm berarti gelap.
Dalam bahasa Al-Quran dosa disebut zhulm, sehingga orang yang berbuat dosa disebut zhalim.
Artinya seseorang yang melakukan sesuatu yang membuat dirinya dan kesuciannya (fitrahnya) serta hati nuraninya menjadi gelap.
Imam al-Ghazali mengemukakan, kemuliaan martabat manusia disebabkan karena kesiapannya mencapai ma’rifat kepada Allah, dan hal itu dimungkinkan karena adanya hati.
Dengan hati, manusia mengetahui Allah dan mendekati-Nya, sementara anggota badan yang lain berfungsi sebagai pelayannya.
Ia mengatakan, hati mempunyai dua unit yaitu yang dapat dilihat dengan mata kepala dan yang satunya lagi hanya dapat dilihat dengan mata hati.
Yang pertama adalah anggota badan, sedang yang kedua adalah daya-daya seperti; daya penglihatan, daya pendengaran, daya khayal, daya pikir dan sebagainya.
Hati juga diibaratkan sebagai pesawat pemancar (dzawq) yang dapat menangkap sinyal-sinyal yang melintas.
Kapasitas pesawat hati tiap orang berbeda-beda tergantung pada desain dan 'baterainya.'
Hati yang telah lama dilatih melalui proses latihan (riyadhah) memiliki desain dengan kapasitas besar yang mampu menangkap sinyal yang jauh termasuk sinyal isyarat masa yang akan datang.
Ketajaman hati juga diibaratkan sebagai cermin (cermin hati). Orang bersih dari dosa, hatinya bagaikan cermin yang bening, yang begitu mudah untuk berkaca diri.
Orang yang gemar mengerjakan dosa-dosa kecil, hatinya buram bagaikan cermin yang terkena debu, jika digunakan kurang jelas hasilnya.
Orang yang gemar melakukan dosa besar, hatinya gelap bagaikan cermin yang tersiram cat hitam, di mana hanya sebagian kecil saja bagiannya yang dapat digunakan.
Sementara orang yang suka mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan dosa, hatinya kacau bagaikan cermin yang retak-retak, yang jika digunakan akan menghasilkan gambar yang tidak benar.
Apabila kita mencapai suatu titik dimana kita tidak lagi menyadari, perbuatan kita itu jahat, maka inilah yang disebut dengan “kebangkrutan rohani."
Problem terbesar dalam masyarakat adalah menghadapi orang yang menjalankan hal-hal yang sebetulnya tidak baik, akan tetapi justru merasa berbuat baik, Allah mengingatkan:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا(103)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا(104)
Artinya: Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupannya di dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi: 103-104).
Itulah sebabnya, Allah menyediakan bulan puasa, supaya kita dapat menyucikan diri, sehingga membuat diri kita kembali menjadi suci.
Oleh karena itu, puasa bukan saja bulan suci tetapi bulan pensucian.
Bila kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman yaitu percaya kepada Allah SWT dan ihtisab yang berarti mawas diri, menghitung diri sendiri atau instrospeksi, yaitu kesempatan bertanya dengan jujur siapa kita ini sebenarnya, apakah betul kita ini sudah banyak berbuat baik, maka Allah akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, Rasulullah saw. bersabda:
من صام رمضان إيمانا واحتساباغفر له ماتقدم من دنبه
Artinya:“Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan ihtisab, niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu”
Nabi Muhammad SAW menjanjikan, bila kita berhasil berpuasa dengan dasar iman dan ihtisab, maka seluruh dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah swt.
Konsekuensinya pada waktu kita selesai berpuasa yaitu pada tanggal 1 Syawal hari ini, kita ibarat dilahirkan kembali.
Itulah yang kita rayakan dengan Idul Fitri (kembali suci). Kembalinya fitrah kepada kita, dan kita pun harus tampil sebagai manusia suci dan baik, sebaik-baiknya kepada sesama manusia, juga sebaik-baiknya kepada sesama makhluk.
Itulah sebetulnya semangat Idul Fitri yang kemudian kita ucapkan minal aidin wal faizin, semoga kita semuanya termasuk orang yang kembali ke fitrahnya dan sukses serta memperoleh kebahagiaan. Amin ya Rabbal alamin.
Khutbah Kedua Idul Fitri
Marilah kita bersama-sama menundukkan hati dan pikiran kita, seraya berdoa kepada Allah SWT.
Semoga segala kesalahan yang telah kita perbuat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dapat terampuni lewat maha pengasih-Nya Allah.
Di samping itu pula, kita berharap semoga segala usaha dan aktivitas kita ke depan selalu dalam rahmat dan restu-Nya.
Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu dengan menyebut nama-Mu, kiranya Engkau ya Allah menjadikan Al-Quran sebagai penyejuk hati kami, cahaya mata kami, penyingkap keresahan dan pengusir kesedihan dan kesusahan kami.
Ya Rahman, yang maha mencurahkan rahmat kasih sayang kepada seluruh wujud, yang mencakup segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan-Mu pada setiap butir wujud di alam raya ini, maka ya Allah perlihatkanlah mata hati kami cahaya keadilan-Mu serta keagungan anugerah-Mu.
Ya Allah, Engkau telah menganugerahkan kepada kami rasa manisnya iman dan rasa aman, sehingga kami bersaksi bahwa kami telah meraih sebaik-baiknya nikmat berkat anugerah dan kebaikan-Mu.
Ya Allah, peliharalah kami dari godaan syetan yang selalu memerangi kami dalam usaha mendekatkan diri kepada-Mu.
Ya Allah, nampakkanlah kepada kami cahaya nama-Mu ”Al-Mukmin” sehingga kami merasa tenang dan bahagia dengan-Mu ketika menyendiri atau bersama dengan orang lain, pada lahir maupun batin kami, karena semua nikmat nurani merupakan percikan dari penampakan nama-Mu.
Kepada-Mu ya Allah berpulang segala urusan, wahai Tuhan yang mengetahui segala yang gaib. Ya Allah terangilah keimanan kami dengan secercah cahaya-Mu, sinarilah zikir kami dengan hidayah-Mu.
Ya Allah Engkau pengawas sempurnah, lagi saksi yang pengetahuan-Nya mencakup seluruh alam raya ini.
Ya Allah, limpahkanlah cahaya rahasia nama-Mu “al-Muhaimin”; sehingga kami mengetahui rincian gejolak hati kami, sisi terdalam dari nurani kami, serta rahasia-rahasia penutup diri kami, agar kami mampu mengawasi niat dan motivasi kami, meluruskan anggota tubuh kami dan mampu pula menegakkan perbuatan kami sesuai dengan apa yang engkau telah syariatkan.
Ya Allah kapada-Mu lah bersandar segala keluh, Engkaulah tumpuan hati kami, tiada sekutu bagimu.
Ya Allah bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang yang mulia kecuali Engkau.
Persaksikan kepada kami makna kemuliaan, sehingga jiwa kami menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama orang-orang arif yang telah Engkau anugerahi kemuliaan.
Sehingga hati mereka penuh dengan kemuliaan-Mu serta curahkan pula kepada kami rahasia kemuliaan-Mu agar jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu.
Ya Allah yang maha bijaksana, kami berlindung kepadamu dari tipu daya nafsu kami menyangkut apa yang Engkau tetapkan dan kehendaki.
Kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka yang iri terhadap anugerah nikmat-Mu.
Ya Allah wahai yang menyempurnakan segala yang kurang, Yang memperkaya segala yang miskin, Yang memberi rasa aman segala yang takut, Yang mempermudah segala yang sulit.
Ya Allah permudahlah untuk kami segala yang sulit, karena bagi-Mu mempermudah yang sulit amatlah mudah.
اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الآحياء منهم والآموات، انك سميع قريب مجيب دعوات، وياقاضي الحاجااللهم اغفر لناولوا لدينا ورحمهم كماربوناصغارا
ربنااغفر لناولإخوا نناالذين سبقونا بلإيمان، ولاتجعل في قلوبنا غلآ للذين امنوا ربنا إنك رؤوف الرحيم، ربناهب لنامن ازواجناوذريتنا قرة اعين وجعلنا للمتقين إماما، رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم والحمد لله رب العلمين
Selengkapnya, Anda dapat mengakses sejumlah naskah Idul Fitri lewat link ini.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)