Imam Besar Masjid Istiqlal Ceramah Soal Puasa Mulut dan Telinga Selama Ramadan
Selain itu, dalam puasa Thariqoh juga ada yang namanya membatasi penciuman, dan berpuasa pikiran dalam konteks jauhi pemikiran - pemikiran kotor.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengingatkan kepada jemaah salat tarawih di Masjid Istiqlal untuk berpuasa yang bukan sekedar menahan haus atau lapar.
Kata Nasaruddin, hal pertama yang harus dilakukan dalam bulan Ramadan ini adalah puasa bicara. Meski ngerumpi asyik, tapi hal itu merupakan salah satu yang mengurangi pahala.
Hal ini disampaikan Nasaruddin saat menyampaikan ceramah pada tarawih perdana di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Senin (11/3/2024).
"Menurut puasa Thariqoh ini, yang pertama harus kita lakukan adalah puasa bicara. Kalau selama ini kita mengumbar pembicaraan macam-macam, ngerumpi, batasi bapak - ibu sekalian. Sekalipun itu mengasyikkan. Kecuali membaca quran, tadarusan. Kedua, membatasi telinga," kata Nasaruddin.
Selain puasa mulut, ada juga puasa telinga. Sebisa mungkin kata dia, hindari bergumul dengan mereka yang sibuk menceritakan aib saudara sendiri, atau kebanggaan yang dimiliki.
"Kalau selama ini kita sering ngerumpu, ngalor ngid, kisah cerita padahal itu aib saudara sendiri, sekarang puasakan telinga kita. Kalau ada oran gyang sering menceritakan aib, kebanggaan yang dimiliki maka menghindarlah dari orang itu," katanya.
Selain itu, dalam puasa Thariqoh juga ada yang namanya membatasi penciuman, dan berpuasa pikiran dalam konteks jauhi pemikiran - pemikiran kotor.
"Ketiga adalah batasi penciumannya. Jinakkam penciuman kita kalau kita mau mendapatkan puasa thariqoh. Keempat adalah membatasi pikiran kita juga harus berpuasa. Pikiran di sini ialah jangan memikirkan hal kotor, jangan kita tampung di siang hari Ramadan," ungkap Nasaruddin.