Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat Demo di Malioboro
Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Kalwula Ngayogyakarta Hadiningrat melakukan aksi unjuk rasa sebagai bentuk ekspresi
Penulis: Willem Jonata
Editor: Tjatur Wisanggeni
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA -- Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat melakukan aksi unjuk rasa sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dalam rapat kabinet terbatas, beberapa waktu lalu, terkait sistem pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Gerakan ini tujuannya bentuk eskpresi masyarakat Jogja terhadap statement SBY kemarin. Boleh dikatakan ini gerakan anti SBY," ujar Koordinator Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat Sigit Sugito, Kamis, (02/11/2010), di depan Gedung Agung, Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Dalam aksi itu sejumlah Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat mengenakan busana bregodo atau seragam prajurit Kraton Yogyakarta. Menurut Sigit, ini adalah salah satu simbol atau identitas Kraton.
Mereka membentangkan spanduk bertuliskan: Selamat Datang di Wilayah Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Tidak hanya itu, mereka juga membawa poster-poster berisi kritik dan ungkapan kekecewaannya. Misalnya, JOGJA ISTIMEWA atau MERDEKA, TIADA MAAF BAGIMU BILA TIDAK ADA KEISTIMEWAAN.
"Intinya, kita mendukung penetapan Sultan sebagai simbol keistimewaan. Tanpa Sultan sebagai Gubernur, Yogyakarta tidak ada bedanya dengan daerah lain. Kekuatan Jogja kan dibudayanya, jika itu dihilangkan, simbol sultan itu, ya selesai," terang Sigit.
Oleh karena itu, secara tegas Sigit mengatakan supaya Presiden SBY meminta maaf kepada rakyat Yogyakarta. Paling tidak Presiden SBY harus menjelaskan maksud ucapannya itu.
"Kalau wong Jogja dianggap salah interpretasi, kok banyak yang marah dan protes loh. Saya rasa masyarakat Jogja nggak mungkin bodoh-bodoh amat. Kalau bisa minta maaf. Presiden kan bisa salah. Kalau maaf itu kan biasa. Paling tidak Presiden menjelaskan maksud ucapannya," ujarnya.
Sigit menambahkan, kalau Presiden SBY meminta maaf atas ucapannya itu, ia yakin masyarakat Yogyakarta tidak akan mendukungnya lagi. (*)