Korban Bus Karunia Bhakti Bingung Biaya Pengobatan
Korban kecelakaan maut bus Karunia Bhakti mengeluhkan bantuan dari Jasa Raharja. Dede Wahyudi (30), korban kecelakaan, khawatir sumbangan
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, CIBINONG - Korban kecelakaan maut bus Karunia Bhakti mengeluhkan bantuan dari Jasa Raharja. Dede Wahyudi (30), korban kecelakaan, khawatir sumbangan Jasa Raharja sebesar Rp 10 juta tidak cukup untuk membiayai perawatannya di RS Sentra Medika, Cibinong.
Dede mengalami luka patah kaki kanan serta luka robek di bagian perut.
Ditemani istrinya, Iis, Dede belum mengetahui bagaimana cara membayar biaya rumah sakit. Sambil menahan sakit, Dede menceritakan biaya operasi patah tulang di RS Sentra Medika sebesar Rp 7 juta ditambah uang perawatan sebesar Rp 2juta.
"Kalau ditambah biaya lain-lainnya, totalnya Rp 13juta. Padahal kemarin pihak Jasa Raharja mau membantu Rp 10juta. Saya belum tahu bagaimana mencari sisanya," kata Dede dengan suara lirih ketika ditemui di ruang perawatan RS Sentra Medika, Cibinong, Minggu (12/2/2012).
Dede menceritakan, pihak rumah sakit akan mencoba membantunya agar dirinya dibebaskan dari biaya operasi. "Kalau itu bisa saya berterima kasih," katanya sambil menyatakan kondisi tubuhnya mulai membaik.
Ayah satu anak itu kemudian menceritakan kejadian kecelakaan maut itu.
Dede mengatakan, ia berangkat dari Garut bersama lima temannya menuju Ciawi, Bogor.
"Sebenarnya, Pak Dede mau ke Riau, ia bersama teman-temannya kumpul dulu di kantor cabang di Ciawi," timpal istri Dede, Iis.
Dede kemudian mengatakan, ia duduk di bangku urutan depan. Ia melihat sopir bus, Lukman Iskandar saat menyadari rem blong mencoba mengendalikan laju kendaraan. "Saya lihat dia coba mengerem, tetapi sudah menabrak mobil," ujarnya.
Pria berumur 30 tahun ini tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika bus Karunia Bhakti menabrak bus Doa Ibu. "Saya tidak sadar, pas sadar kaki saya sudah terjepit, teman saya lalu menolong melalui lubang di bus. Saya merayap keluar," ujar Dede.
Setelah berhasil menyelamatkan diri dari bus, Dede kemudian tak sadarkan diri kembali, kaki kanannya juga sudah tidak bisa digerakkan. "Saya tersadar ketika sudah dibawa ke sini (RS Sentra Medika)," ujarnya.
Sementara Iis sudah dapat menenangkan diri setelah syok melihat kejadian nahas itu di televisi. Ia mengaku tidak percaya bila bus tersebut ditumpangi suaminya.
"Ada teman bapak yang selamat langsung menghubungi saya, akhirnya saya percaya," katanya.
Ia pun langsung menugaskan kerabatnya untuk melihat suaminya berada di rumah sakit mana. Akhirnya setelah mendapat kepastian bahwa Dede dirawat di RS Sentra Medika, maka ia pun berangkat ke kota Cibinong.
"Putri saya tinggal di rumah. Semoga bapak lebih baik dan mendapat bantuan," tukasnya.
Sebelumnya, Pihak Jasa Raharja sudah mengidentifikasi 14 korban tewas akibat kecelakaan bus Karunia Bhakti yang menabrak beruntun sejumlah kendaraan di depannya, berikut pejalan kaki. Setiap korban meninggal mendapat santunan Rp 25 juta.
"Santunan yang kita bayarkan sesuai aturan Menteri Keuangan Nomor 36 dan 37 Tahun 2008 yakni korban meninggal dunia mendapatkan Rp 25 juta, perawatan maksimal Rp 10 juta," ujar Kepala Cabang Jasa Raharja Jawa Barat Etang Edward Robani.