Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konsulat RI di Tawau Antisipasi Penyusupan Tentara Sulu

Meskipun meyakini kecil kemungkinan bisa terjadi, namun pihak Konsulat Republik Indonesia

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Konsulat RI di Tawau Antisipasi Penyusupan Tentara Sulu
TRIBUN KALTIM/NIKO RURU
Pemukiman warga Suluk asal Filipina di Batu 4, Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (7/3/2013) sore. 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN -- Meskipun meyakini kecil kemungkinan bisa terjadi, namun pihak Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau tetap mengantisipasi kemungkinan penyusupan tentara Kesultanan Sulu ke komunitas Indonesia di Sabah, Malaysia.

Saat ini sipil bersenjata asal Filipina itu sedang berkonflik senjata dengan aparat keamanan di Sabah, Malaysia, terkait upaya mereka menduduki wilayah Kampung Tanduo, Lahad Datu sebagai bagian wilayah Kesultanan Sulu.

Konsul Tawau Muhammad Soleh mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi jika nantinya ada diantara mereka yang datang ke konsulat dan mengaku sebagai WNI.

"Apakah begitu saja diberikan dokumen? Kan tidak semudah itu. Harus ada bukti tertulis dan kita lakukan verifikasi. Kita harus lebih hati-hati mmberikan, bahwa dia warga negara Indonesia. Dengan sistem jari bisa bermain di keyboard, saya punya LO ini bisa menyisir ke daerah asal yang disebutkan, apakah benar? Kami sudah antisipasi itu," kata Muhammad Soleh, menyampaikan keterangan pers di Kantor Konsulat Republik Indonesia, Bangunan Liew Yun Fah, Batu 2,5 Sin Onn, Tawau, Sabah, Malaysia, Kamis (7/3/2013).

Soleh bahkan menganggap, hal itu tidak mungkin bisa terjadi. Mereka juga tidak gampang bisa berbaur dengan WNI yang ada di perkebunan, jika harus menggunakan cara-cara tersebut menghindari kejaran aparat Malaysia.

"Adat kebiasaan Indonesia itu paguyubunnya sangat kuat dan tidak mungkin mereka menyusup. Kemudian tidak semudah, mengaku Indonesia dan kita ayomi," ujarnya.

BERITA REKOMENDASI

Dengan kejadian di Lahad Datu, tentu WNI juga lebih waspada dan tidak akan langsung menerina kehadiran mereka. "Dan itu menjadi standar operasional prosedur (SOP) yang diberikan pihak Felda, tidak mudah mendatangi orang. Faktor bahasa juga berbeda," ujarnya.

Dijelaskan, Lahad Datu memang menjadi tempat kedatangan etnis Sulu asal Filipina ke Sabah. Mereka sudah lama mendiami kawasan itu. Mereka secara tradisional datang ke sana, namun tidak membawa senjata.

Selain Lahad Datu yang berjarak 180 kilometer dari Tawau, kota kota yang juga banyak didiami warga Suluk ini diantaranya Sampoerna yang berjarak 105 kilometer dari Tawau, kemudian Kunak berjarak 81 kilometer dari Tawau.

Sementara dari Lahad Datu ke Sampoerna berjarak 165 kilometer, dari Lahad Datu ke Kunak berjarak 99 kilometer.

Untuk menjangkau Felda Sahabat 17 di Kampung Tanduo, tempat kontak senjata terjadi, perlu menempuh jarak 150 kilometer dari Lahad Datu. Dari Sampoerna berjarak 315 kilometer dan dari Kunak berjarak 249 kilometer.

Letak kota-kota yang berdekatan dengan Indonesia ini, tentu saja membuat pihak Indonesia perlu meningkatkan keamanan.

"Secara geografis ini sangat dekat. Kita melakukan tindakan preventif, kalau rumah kabakaran kita siap dengan ember air. Kalau aparat keamanan di Kaltim yang menjadi perbatasan langsung Malaysia, kita juga harus selektif untuk mengamankan kondisi wilayah kita. Itu bukanlah hal baru. Itu memang security yang kita pegang teguh. Akan jadi pertanyaan, kalau kita tenang saja," ujarnya.

Namun soal penyusupan tentu harus berbicara lain lagi. "Oleh karenanya, perlu tindakan untuk membentengi agar itdak terjadi perembesan ke mana-mana," ujarnya.

baca juga:

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas