Ichsanuddin Noorsy Bikin Calon Bupati Gagap
Kehadiran pengamat ekonomi kaliber nasional Dr Ichsanuddin Noorsy memang membuat semua pasangan calon bupati
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PADALARANG - Kehadiran pengamat ekonomi kaliber nasional Dr Ichsanuddin Noorsy memang membuat semua pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) "keder".
Meski sebelumnya beberapa pasangan mengaku biasa-biasa saja, saat debat calon yang kedua berlangsung hampir semua pasangan tidak mampu menjawab pertanyaan sang pengamat ekonomi itu langsung pada sasaran.
Suasana debat calon yang dibagi dalam tiga sesi, yakni sesi "Janji Para Calon dalam Membangun Perekonomian KBB", "Menyikapi Masalah di KBB", dan "Menyikapi Suara Rakyat KBB", di Mason Pine Hotel, Minggu (12/5), yang juga menghadirkan panelis Wakil Ketua Kadin Jabar Iwan Gunawan, terasa lebih hidup dengan gencarnya pertanyaan dari Noorsy tersebut.
Seperti saat pertanyaan Ichsanuddin tentang kontribusi sektor UMKM pada perkembangan ekonomi KBB, ditujukan kepada pasangan nomor urut 1, Panji Tirtayasa-Kusna Sunardi, Panji berusaha menjawab dengan dasar data tahun 2008. Noorsy menilai pasangan nomor 1 miskin data dan jawaban yang diungkapkan sulit dipertanggungjawabkan.
Lalu ketika Noorsy menilai pemaparan program pembangunan sektor ekonomi pasangan nomor urut 2, Aep Nurdin-Kosasih, ada yang salah definisi. Kala itu Aep mengatakan, pasangannya akan mengembangkan sektor makro yang meliputi lingkungan, pertanian, dan manufaktur, serta sektor mikro yang meliputi UMKM yang di dalamnya terkait ekonomi kreatif, dan menyiapkan program one village one product.
Tapi Noorsy langsung mengatakan bahwa ada kesalahan definisi dari sektor makro dan mikro. Selain itu, Noorsy mengatakan belum ada kejelasan soal upaya yang akan dilakukan dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif di kecataman KBB termiskin dan terkaya.
Pasangan nomor urut 3, Djamu Kertabudi-Agus Yasmin, mendapat gempuran pertanyaan dari Noorsy soal pembangunan yang berbasis desa dengan bantuan angggaran Rp 1 miliar per desa. Sebab, data menunjukkan perkembangan desa KBB sudah meningkat dari 60 persen menjadi 65 persen.
Saat itu, Djamu hanya tetap bertahan pada hasil kajiannya bahwa pembangunan desa perlu dikembangkan dengan mengawali dipulihkannya kewenanagan pemerintah desa yang selama ini belum ada.
Cecaran pertanyaan Noorsy pun dirasakan pasangan nomor urut 4, Erni R Ernawan-Samsul Maarif. Terutama saat ditanya soal sektor pertanian unggulan KBB yang akan dikembangkan, Erni malah menjawab secara umum dengan menyebutkan sektor industri dan argowisata.
Noorsy pun mencecar dengan mengatakan, apa yang dilakukan dengan sektor pertanian unggulan KBB seperti kelapa, cengkih, dan teh. Barulah Erni menjawab bahwa salah satunya tentang perkebunan teh, dikatakan Erni bukan hanya untuk pertanian saja, tapi juga bisa dikembangkan menjadi objek wisata.
Untuk pasangan nomor urut 5, Abubakar-Yayat T Soemitra, Noorsy langsung memberikan pertanyaan yang menusuk. Ketika itu Abubakar menjelaskan bahwa KBB mendapat penghargaan ketiga dalam pembangunan sektor ekonomi kreatif, Noorsy langsung menanyakan bagaimana dengan upaya pengembangan ekonomi kreatif di kecamatan termiskin seperti Rongga, Sindangkerta, dan Cipongkor.
Saat itu Abubakar berkelit bahwa daerah tertinggal itu sudah mulai dikembangkan. Seperti di Rongga mulai ada upaya pengembangan dalam memproduksi gula aren yang tadinya hanya dipasarkan di pasar tradisional mulai masuk supermarket.
Menanggapi semua penjelasan dari pasangan calon bupati dan wakil bupati KBB itu, Ichsanuddin mengatakan semua pasangan jauh dari harapan. Semua calon belum mempunyai konsep mendasar dan mampu mensinergikan semua potensi untuk perbaikan KBB.
"Padahal jelas bahwa selama lima tahun ini di KBB belum terjadi pembukaan lapangan kerja dengan baik sehingga KBB menjadi salah satu daerah pemekaran yang gagal. Tapi sayang semua calon, termasuk empat pasangan baru, tidak mampu menyiapkan konsep yang siap membongkar struktur masalah di KBB dengan baik," kata Noorsy saat ditemui wartawan seusai acara, seraya mengakui bahwa dirinya merasa kasihan masyarakat KBB karena belum ada pemimpin yang mampu mengusai struktur permasalahan. (ddh/zam)