Warga Poso Lelah dengan Aksi Teror, Ingin Usahanya Hidup
Sejumlah warga Poso yang ditemui pada Selasa (18/6/2013) mengatakan keinginan yang sama agar tak ada lagi kekerasan dan gejolak di daerah ini.
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Poso - Warga Poso berharap rangkaian aksi teror yang terjadi di daerah mereka selama beberapa tahun terakhir segera berakhir. Mereka berharap tercipta rasa aman untuk menata kehidupan sosial-ekonomi. Warga lelah dan ingin bangkit dari trauma pascakonflik 13-14 tahun silam.
Sejumlah warga Poso yang ditemui pada Selasa (18/6/2013) mengatakan keinginan yang sama agar tak ada lagi kekerasan dan gejolak di daerah ini. Mereka mengaku lelah dengan situasi yang ada beberapa tahun belakangan ini.
”Bagi rakyat kecil seperti kami, rasa aman adalah kebutuhan utama dalam mencari nafkah. Jika situasi terus tegang dan bergejolak, tentu usaha kami terganggu. Seharusnya pemerintah memberi perhatian serius untuk menciptakan Poso yang benar-benar aman,” kata Sumarsih,” pemilik warung makan di Jalan Sumatera, Poso Kota.
Saat konflik pada 2000, Sumarsih mengungsi dan pulang ke Surabaya. Namun, dia dan keluarga kembali saat situasi sudah pulih. Peristiwa-peristiwa yang terjadi beberapa tahun ini membuat dia resah. Sumarsih mengatakan, usahanya jadi terganggu.
Saat konflik horizontal terjadi di Poso sepanjang 1999-2000, banyak warga mengungsi. Mereka baru berdatangan dan kembali ke Poso tahun 2002. Saat kembali, warga berusaha membangun kembali rumah mereka yang hangus atau rusak, membenahi kebun, dan memulai usaha baru. Namun, sepanjang 2002-2005 berbagai peristiwa kekerasan terus terjadi. Sempat tenang, tetapi gejolak mulai terjadi lagi sepanjang 2011 hingga saat ini.
Rasa trauma juga diutarakan Yohanes (50), warga Tentena, Poso. Meski gejolak Poso lebih banyak terasa di Kecamatan Poso Kota dan sekitarnya, rasa khawatir kadang sampai ke Tentena yang berjarak 60 kilometer dari Poso.
Beberapa waktu lalu, pascaledakan bom bunuh diri di Mapolres Poso, Bupati Poso Piet Inkiriwang juga mengakui gejolak Poso berdampak pada pembangunan. Investor yang diharapkan bisa masuk ke Poso dan menjadi penggerak roda ekonomi hengkang dan batal masuk.
Tokoh agama Poso, M Adnan Arsal, berharap pemerintah mengundang semua pihak untuk berdialog dan mencari solusi damai yang berkesinambungan. ”Warga di Poso sudah lelah dengan berbagai konflik berdarah-darah seperti yang terjadi pada 13-14 tahun lalu. Warga ingin hidup damai berdampingan dengan semua etnis dan antar-pemeluk keyakinan yang berbeda-beda.
Sementara itu, kepolisian mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di Polres Poso setelah memeriksa sampel DNA keluarga dan pelaku. Pelaku bom bunuh diri bernama Zainul Arifin, anak Zumaroh asal Lamongan, Jawa Timur. ”Zainul diduga dipersiapkan untuk menjadi pengantin dan terkait dengan kelompok teror yang dipimpin Santoso di Poso,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Agus Rianto di Jakarta, Selasa. (REN/APO/FER)