Perajin Tenun Ikat Sumba Kesulitan Menjual Produks
Perajin tenun ikat di Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, WAINGAPU - Perajin tenun ikat di Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.
Mereka pun kini berharap akan mendapat tempat khusus untuk pemasaran dan penjualan produksi tenun ikat hasil kerajinannya.
"Tempat khusus pemasaran dan penjualan tenun ikat produk kerajinan itu jangan hanya di Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, Waingapu, tetapi juga di luar Pulau Sumba seperti di Bali atau di kota lainnya di Pulau Jawa," ujar Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Tapawalla Ba'di, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Konda Ngguna (42), Sabtu (3/8/2013) di Waingapu.
Di Bandara Kota Waingapu, Sumba Timur, terlihat beberapa kain tenun ikat dijual dalam etalase kaca di salah satu kios di sudut bandara. Namun, tempat itu kurang dilirik oleh penumpang, termasuk turis yang baru turun atau hendak naik pesawat.
"Kalau ada tempat khusus pemasaran dan penjualan hasil tenun ikat, tempat itu tak hanya jadi ajang pertemuan perajin dan pembeli saja, tetapi juga meningkatkan pendapatan para perajin," harap Konda.
Selain itu, menurut ibu tiga anak itu, art shop diharapkan juga akan mempercepat sosialisasi publikasi tenun ikat Sumba sebagai warisan budaya bukan cagar alam yang tengah diperjuangkan pengakuannya di dunia internasional lewat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Jika tak ada tempat khusus seperti art shop di luar Sumba, kami sulit memasarkannya apalagi menjualnya. Kalau sulit menjualnya, kelompok kami bisa kehilangan semangat untuk menenun ikat lagi," tambah Konda.