Ancaman Badai Untuk Pelayaran di Simeulue
Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bandar Udara Cut Nyak Dhien
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SUKA MAKMUE - Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bandar Udara Cut Nyak Dhien (Bandara CND) Nagan Raya mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di pesisir barat selatan Aceh untuk mewaspadai angin kencang serta terjangan badai disertai hujan lebat yang kini terjadi tanpa diduga. Terjangan angin kencang dan badai diyakini juga akan berdampak terhadap pelayaran ke Kabupaten Simeulue.
“Angin kencang dan badai yang terjadi selama ini akibat adanya tekanan rendah di sekitar Samudera Hindia, dan hal ini harus diwaspadai,” kata Kepala Stasiun BMKG Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya, Edi Darlupti SE menjawab Serambi, Senin (12/8/2013).
Edi memperkirakan kecepatan angin mencapai 30 kilometer per jam. Sedangkan terjangan badai bisa melebihi kecepatan angin kencang dengan kekuatan bisa mencapai 35-40 kilometer/jam sehingga sangat berbahaya. “Kepada seluruh masyarakat supaya tidak berada di luar rumah atau berteduh di bawah pohon apabila terjadinya angin kencang, karena sangat berbahaya bagi keselamatan,” imbaunya.
Kepala Stasiun BMKG Bandar Udara Cut Nyak Dhien juga menyatakan bahwa angin kencang dan terjangan badai ini juga dapat berdampak terhadap pelayaran feri ke Simeulue dari daratan Aceh. Pasalnya, ketinggian gelombang laut akibat angin ini bisa mencapai di atas 3,5 meter.
“Khusus kepada nelayan kami minta untuk sementara tidak melaut apabila cuaca buruk, kalaupun dipaksakan, maka dikhawatirkan akan sangat berbahaya bagi keselamatan,” kata Edi Darlupti.
Belum tuntasnya pembangunan jalan lingkar di Kabupaten Simeulue, terutama di kawasan Kecamatan Simeulue Barat (Simbar) menyebabkan warga yang hendak bepergian ke kecamatan bertetangga seperti Alafan, serta sejumlah desa lain di Simbar, harus menaiki rakit yang beroperasi hingga malam.
Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mengangkut penumpang dari Simbar ke Alafan berkisar 7-10 menit, dengan melewati kawasan Teluk Sibigo. Adapun tarif jasa rakit yang harus dibayar setiap penumpang plus kendaraan roda dua Rp 15.000. Kapasitas angkut rakit yang terbuat dari kayu berbentuk perahu ini sebanyak 10 kendaraan. Rakit ini digerakkan oleh mesin dompeng.
Zahar, operator salah satu rakit saat ditanyai Serambi, Minggu (11/8) mengaku sejak empat hari terakhir pengguna jasa rakit meningkat tajam dari biasanya. “Mulai hari pertama Lebaran sudah banyak yang lewat, rata-rata hampir dua ratus kenderaan setiap hari naik rakit,” katanya. Jadwal pengoperasian rakit tersebut sejak pagi sampai pukul 10 malam.
Rakit yang menghubungkan ke sejumlah desa di kawasan itu pernah dinaiki Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf bersama pejabat di Provinsi Aceh ketika menelusuri jalan lingkar Simeulue. Kedatangan orang nomor dua di Provinsi Aceh itu memberikan sinyal terhadap pembangunan jalan lingkar di daerah itu dibantu anggarannya dalam program multi years termasuk pembangunan puluhan jembatan yang masih dalam kondisi darurat. (edi/c48)