BNN : Semua Lapas Bakal Dilengkapi Tempat Rehabilitasi Narkoba
Semua lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia bakal dilengkapi dengan tempat rehabilitasi khusus untuk tahanan kasus narkoba.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM SURABAYA – Semua lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia bakal dilengkapi dengan tempat rehabilitasi khusus untuk tahanan kasus narkoba.
Termasuk sejumlah lapas di Jawa Timur dan lapas-lapas di daerah lain.
Hal ini disampaikan Kombes Pol dr Susanti Lengkong, Kasubdit Non Komunitas Terapeutik Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (PLRKM) Deputi Bidang Rehabilitasi BNN usai menjadi pemateri dalam acara Focus Group Discussion (FGD) di kantor BNN Provinsi Jawa Timur, Selasa (1/10/2013).
Menurutnya, program ini merupakan kerjasama Kementrian Hukum dan HAM bersama Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Sejauh ini, yang sudah berjalan ada di Lapas Cipinang. Dan kedepan akan ada (tempat rehabilitasi narkoba) di semua Lapas di Indonesia. Termasuk Jawa Timur,” kata Susanti.
Ditegaskannya, hukuman penjara kepada pengguna narkoba sudah terbukti tidak ada hasilnya.
Menjalani hukuman penjara tidak membuat pengguna narkoba sembuh, tapi justru banyak yang lebih parah.
Ironisnya lagi, tahanan yang merupakan tempat menjalani hukuman malah kerap terbukti menjadi pusat peredaran narkoba, atau bahkan digunakan sebagai tempat memroduksi narkoba.
Data di BNN menyebutkan, di setiap lapas di Indonesia ini rata-rata penghuninya adalah tahanan narkoba dengan prosentase antara 40-60 persen. Atau sekitar separo dari jumlah total tahanan.
Diakuinya, pusat rehabilitasi narkoba di Indonesia masih minim. Termasuk keberadaan Lapasustik di seluruh Indonesia juga baru ada 16 Lapasustik.
Disinggung tentang perkembangan kasus narkoba di Indonesia, Susanti menyampaikan bahwa kasus penyalahgunaan narkoba terbesar masih didominasi wilayah DKI Jakarta dengan prevalensi 7.0 persen.
Disusul Kepulauan Riau dengan prevalensi 4.3 persen dan rangking ketiga ada Kalimantan Timur yang prevalensinya mencapai 3.1 persen.
Posisi Jawa Timur berada di urutan 11 dengan prevalensi 2.0 persen.