Nuri Sempat Antar Anak ke Sekolah Sebelum Tewas Tertimbun Longsor
Hari itu jenazah Nuri baru saja dievakuasi setelah tertimbun longsor di dalam lubang galian tambang timah
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Pos Belitung, Rusmiadi
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Sutoyo (40) menatap dari kejahuan jenazah Nuri (32), saat sedang dibersihkan oleh petugas instalasi kamar mayat RSUD Belitung Timur (Beltim), di teras belakang bangunan ruang VIP rumah sakit, yang selama ini dijadikan tempat instalasi kamar mayat, Senin (18/11/2013).
Dokter RSUD Beltim dr Anton mencatat kondisi jenazah Nuri yang diamatinya, untuk keperluan visum. Kanit Identifikasi Polres Beltim Briptu Ferdinansyah ikut mengamati dan mengambil gambar jenazah, sebagai bahan identifikasi korban.
Hari itu jenazah Nuri baru saja dievakuasi setelah tertimbun longsor di dalam lubang galian tambang timah, di lokasi IUP PT Timah, di Desa Selingsing, Kecamatan Gantung, yang terjadi Kamis (14/11/2013) pekan lalu.
Kondisi tubuh Nuri sudah mulai membusuk, kulit sudah terkelupas, rambut rontok dan beberapa bagian mulai hancur, seperti di bagian wajah, serta terdapat bekas luka di bawah lengan tangannya.
Lokasi tambang maut ini menewaskan tiga orang pekerja tambang, Nuri, Dedi (33) dan Rasyid (27). Jenazah Dedi sudah dievakuasi Sabtu (16/11/2013) lalu, dimakamkan hari itu juga di tempat pemakaman umum di sekitar Dusun Mernate Desa Selingsung, tak jauh dari tempat kediamannya.
Sedangkan jenazah Rasyid dievakuasi Jumat (15/11/2013), diterbangkan ke Lampung Selatan pada hari Sabtu (16/11/2013) pagi, untuk dimakamkan di kampung halamannya.
"Saya mau lihat wajahnya tapi ternyata sudah nggak berbentuk. Sudah mulai hancur," tutur Sutoyo yang juga ipar Nuri, kepada Bangka Pos (Tribunnews.com Network) saat berada di RSUD Beltim, Senin (18/11/2013).
Pertemuan terakhir Sutoyo dengan Nuri pada pagi hari sebelum kejadian, ketika Nuri membelakangi anaknya yang sedang naik sepeda, untuk diantar menuju sekolah dasar di pemukiman transmigrasi Danau Merante.
"Anaknya baru bisa naik sepeda, jadi dia (Nuri) ngiringi dari belakang sampai ke sekolah. Anak dia baru satu kelas 1 SD. Pagi itu terakhir saya ketemu dia," ujar Sutoyo.
Nuri baru sekitar satu tahun bekerja di lokasi tambang maut tersebut, dari sebelumnya berprofesi sebagai pelimbang timah. Tempat kediaman Nuri dengan Dedi berdekatan di Merante.
Kejadian tragis ini menyisakan duka mendalam yang dirasakan pihak keluarga Nuri maupun Dedi, yang keduanya masih ada hubungan keluarga.
"Dedi dan Nuri masih keluarga. Sejak kejadian ini istri dia (Nuri) sering pingsan di rumahnya. Kasihan juga dengan istri Dedi, anaknya ada dua, baru dua bulan habis melahirkan dioperasi," tutur Sutoyo sambil mengusap air yang keluar dari kedua matanya.
Sejak kejadian nahas menimpa tiga penambang timah ini, Sutoyo memilih bermalam di tenda, yang berada di lokasi tambang selama masa proses pencarian korban. Sebab pihak keluarga tetap mengharapkan korban harus ditemukan apapun kondisinya.
"Meskipun sudah lebih dari 10 hari, kami tetap berusaha mencari, ketemu tulang pun nggak masalah. Tapi hari ini sudah ditemukan," ujar Sutoyo.